Rabu, 16 April 2014

Noffret’s Note: Kasatmata

Masalah kita, tampaknya, terlalu mempercayai
apa yang tampak dan tidak memikirkan
yang mungkin tak tampak di balik yang tampak.
—Twitter, 6 April 2014

Kita mempercayai orang yang tampak kaya
tidak kekurangan apa pun, yang jelita pasti bahagia,
dan yang tampak pintar pasti tahu segalanya.
—Twitter, 6 April 2014

Mempercayai adalah satu hal, tapi terlalu mempercayai
adalah hal lain. Masalah kebanyakan kita adalah
terlalu mempercayai yang tampak.
—Twitter, 6 April 2014

Padahal yang tidak tampak selalu lebih besar
dibanding yang tampak atau yang mungkin tampak.
Tapi kita sering kali menafikan kenyataan itu.
—Twitter, 6 April 2014

Kita terlalu mempercayai orang yang tampak kaya
tidak kekurangan apa pun. Lalu kita tak percaya
saat tahu dia sedang membutuhkan sesuatu.
—Twitter, 6 April 2014

Kita terlalu mempercayai orang yang tampak jelita
pasti bahagia. Dan kita terkejut campur tak percaya
saat tahu ternyata dia kesepian.
—Twitter, 6 April 2014

Kita terlalu mempercayai orang yang tampak pintar
pasti tahu segalanya. Dan kita lagi-lagi terkejut,
tak percaya, saat dia bertanya sesuatu.
—Twitter, 6 April 2014

Kita sering memaksakan sepatu kita ke kaki orang lain,
menganggap yang kita pikirkan tentang orang lain
pasti tepat. Padahal belum tentu.
—Twitter, 6 April 2014

Kenyataannya, setiap orang punya ukuran
sendiri-sendiri, dan yang kita pikir tentangnya
sering kali jauh dari yang kita sangka.
—Twitter, 6 April 2014

Selalu ada yang tersembunyi di balik permukaan,
selalu ada yang tak tampak di balik yang tampak,
selalu ada yang belum kita tahu.
—Twitter, 6 April 2014

Tetapi, memang, masalah kita tampaknya
terlalu mempercayai yang tampak, dan
menafikan segala sesuatu yang tak tampak.
—Twitter, 6 April 2014

Manusia adalah gunung es. Yang selalu tampak
di mata kita hanya sedikit permukaannya.
Yang jadi masalah, permukaan itulah yang kita percaya.
—Twitter, 6 April 2014


*) Ditranskrip dari timeline @noffret.

 
;