Sabtu, 05 Maret 2016

Hak untuk Bertanya

Hak yang kita punya tapi sering tak digunakan, mungkin, adalah hak
untuk bertanya. Orang lebih suka bicara, atau menghakimi, tanpa bertanya.
—Twitter, 13 Agustus 2015

Seseorang bangun tidur jam 8 pagi, dan kita memakinya pemalas,
tanpa tahu bahwa dia tidur jam 7 pagi, dan baru tidur 1 jam.
—Twitter, 13 Agustus 2015

Socrates suka bertanya, dan dia mengaku tidak tahu apa-apa. Sering kali
aku ngeri membayangkan, apa sebenarnya yang benar-benar kita tahu?
—Twitter, 13 Agustus 2015

Sebenarnya, manusia senang ditanya tentang diri dan hidup mereka,
selama pertanyaan tidak diawali kata “Kapan”. Misalnya “Kapan kawin?”
—Twitter, 13 Agustus 2015

Pertanyaan, “Kenapa kamu tidak/belum menikah?” lebih baik
dan lebih empatik, daripada, “Kapan kawin?”
—Twitter, 13 Agustus 2015

Pertanyaan, “Kamu sudah makan?” lebih simpatik
dan lebih enak didengar, daripada, “Kapan mau makan?”
—Twitter, 13 Agustus 2015

Pertanyaan, “Bagaimana kuliahmu?” lebih enak didengar
dan lebih mudah dijawab, daripada, “Kapan mau lulus?”
—Twitter, 13 Agustus 2015

Cara kita bertanya lebih banyak memperlihatkan siapa dan seperti apa
diri kita, daripada upaya pecitraan yang mungkin kita lakukan.
—Twitter, 13 Agustus 2015

Aku menjauh dari orang yang suka bertanya “kapan kawin?” seperti
aku menjauhi malaria. Oh, sebenarnya, mereka lebih buruk dari malaria.
—Twitter, 13 Agustus 2015


*) Ditranskrip dari timeline @noffret.

 
;