Kamis, 07 Januari 2010

Kearifan Memandang Hidup



Ada seorang Raja yang meminta nasihat kepada seorang arif tentang bagaimana menghadapi hidup dengan bijak. Sang Arif tersenyum dan bertanya, “Baginda, jika Anda merasa sangat kehausan dan Anda hampir mati karena rasa haus, apa yang sekiranya akan Baginda lakukan untuk bisa mendapatkan segelas air?”

Sang Raja menjawab dengan pasti, “Aku akan rela memberikan setengah dari kerajaan dan kekuasaanku untuk segelas air itu!”

Sang Arif kembali tersenyum dan bertanya lagi, “Baginda, jika air yang telah Anda minum itu tertahan dalam tubuh Anda, dan Anda tak bisa buang air kecil karenanya, apa sekiranya yang sanggup Anda berikan supaya air itu bisa keluar lagi dari tubuh Anda?”

Sekali lagi sang Raja menjawab dengan penuh pasti, “Aku akan memberikan setengah dari kerajaanku yang tersisa.”

Si orang Arif pun menyimpulkan, “Jadi, kerajaan dan seluruh kekuasaan Anda tidak lebih dari nilai segelas air dan nikmat buang air kecil, kan?”

Seperti yang telah saya tulis pada posting sebelumnya, untuk mencapai kemajuan hidup, kita memang perlu melihat ke luar. Tetapi untuk mendapatkan ketenteraman dan kedamaian hidup, kita perlu melihat ke dalam. Tuhan telah memberikan segala-galanya bagi kita untuk kita syukuri dan kita nikmati. Dan dengan segala karunia itu kita bisa bahagia dalam hidup kalau saja kita tidak mengingkarinya.

Seringkali, dan yang paling ironis, orang baru menyadari besarnya arti sesuatu ketika dia tidak lagi memiliki hal itu. Apakah kau pernah mendengar kisah tentang Eddie Rickenbaker? Ini adalah kisah tentang orang yang terapung-apung di atas lautan selama hampir satu bulan namun akhirnya selamat kembali ke daratan.

Eddie Rickenbaker bersama beberapa kawannya selamat dari kapal yang mereka tumpangi ketika kapal itu tenggelam. Mereka menyelamatkan diri dengan sebuah papan rakit, dan dengan rakit itulah kemudian mereka terkatung-katung tak tentu arah di atas lautan luas selama dua puluh satu hari. Selama dua puluh satu hari itu, mereka tidak makan karena tak ada makanan, dan hanya minum jika hujan turun. Tak bisa lagi dibayangkan bagaimana susahnya mereka saat itu. Lapar, haus, letih, lelah, frustrasi, semuanya bercampur menjadi satu. Tetapi akhirnya mereka selamat ketika tertolong oleh kapal lain, dan mereka pun kembali bisa bernapas wajar setelah diberi makan dan minum.

Ketika sampai kembali ke daratan, Eddie Rickenbaker diwawancarai tentang hikmah apa yang ia peroleh selama terkatung-katung di atas lautan selama dua puluh satu hari itu. Eddie Rickenbaker mengatakan, “Pelajaran paling berharga yang dapat saya petik dari pengalaman tersebut adalah; jika Anda dapat mempunyai cukup air tawar untuk diminum dan mempunyai makanan untuk dimakan, Anda tidak perlu mengeluh atau menuntut sesuatu yang lain.”

Jika kita mempunyai cukup air tawar untuk diminum dan mempunyai makanan untuk dimakan, kita tidak perlu mengeluh. Apakah kau setuju? Saya setuju, meski saya belum pernah terkatung-katung di atas lautan selama dua puluh satu hari tanpa punya makanan dan air untuk diminum!


 
;