Senin, 08 Februari 2010

Hidup yang Mengalir



Tangan yang memberikan bunga mawar
kepada orang lain, akan ikut berbau harum.

Ada dua laut di Palestina. Laut yang satu memiliki air yang segar dan banyak ikan yang hidup di dalamnya. Tanah di tepiannya kaya dengan pohon-pohon hijau yang menjulurkan cabang-cabangnya di atasnya dan juga akarnya yang menyerap air dari laut ini. Airnya yang bening tampak berkilau saat tertimpa sinar matahari, dan banyak orang yang membangun rumahnya dekat dengan laut ini. Burung-burung pun membangun sarangnya dekat laut itu, dan setiap jenis kehidupan menjadi lebih bahagia berkat laut yang pertama ini.

Sementara laut yang kedua memiliki air yang keruh. Tidak ada ikan yang hidup di dalamnya, tak ada dedaunan yang melambai dengan sejuk, tak ada suara burung yang berkicau, juga tak ada suara canda ria anak-anak yang bahagia. Orang-orang selalu menghindari rute laut ini, kecuali jika terdesak oleh suatu hal tertentu. Udara di atas laut yang kedua ini juga terasa berat, kotor, dan baik manusia maupun binatang atau unggas tidak ada yang meminum airnya.

Apa yang menjadikan perbedaan besar pada dua laut yang berdekatan itu? Bukan karena air yang mengalirinya. Bukan karena kondisi tanahnya, juga bukan karena negara dua laut ini yang berbeda. Yang menjadikan perbedaan di antara dua laut itu adalah; laut pertama, yakni Laut Galilea, menerima tetapi tidak menahan air yang diterimanya. Setiap tetes air yang mengalir kepadanya ia alirkan keluar dirinya. Memberi dan menerima berlangsung secara seimbang.

Sementara laut yang kedua berbeda. Laut ini hanya menimbun semua yang mengalir kepadanya dan tak pernah mengalirkannya keluar. Setiap tetes air yang diperolehnya, ditahannya. Karenanya, tidak ada air yang mengalir, dan laut ini pun dinamakan Laut Mati.

Sebagaimana ada dua jenis laut di Palestina, begitu pula halnya ada dua jenis manusia di dunia. Semakin banyak kita memberi kepada orang lain tanpa harapan untuk mendapatkan balasan, semakin banyak pula berkat yang akan kita peroleh dari hidup kita. Begitu pula sebaliknya.

Orang yang hanya mau mengambil tanpa mau memberi, mungkin berumur panjang, tapi sesungguhnya tidak pernah hidup. Dan hanya ada satu hidup yang segera berlalu; hanya yang dilakukan bagi orang lainlah yang akan tinggal.

Ristiana, seorang mahasiswi tingkat sarjana yang menjadi salah satu sahabat saya, mengalami kesedihan yang teramat sangat ketika saudara kembarnya, Ristiani, meninggal dunia pada satu semester karena kecelakaan. Pada awal semester berikutnya dia mengatakan kepada kami, “Saya telah mempelajari bahwa setelah kita tak ada lagi, kita tidak akan dikenang karena hal-hal yang kita lakukan kepada diri sendiri, melainkan karena hal-hal yang kita lakukan kepada orang lain.”


 
;