Kamis, 15 April 2010

Jerawatmu itu, Revalina

Kecantikan adalah kebijaksanaan seorang wanita.
—Peribahasa Cina


Dear Revalina S. Temat,

Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja aku melihat foto-fotomu di sebuah web selebritas. Kau cantik seperti biasa, dan aku suka melihatmu. Di beberapa foto, aku sempat melihat ada noda kemerahan mirip jerawat di pipimu—dan sepertinya itu memang jerawat, ya? Atau noda alergi kulit? It’s okay, Revalina, kecantikanmu sama sekali tak ternoda oleh adanya jerawat itu.

Saat melihat foto-foto itu, dan saat melihat jerawat di pipimu, aku jadi seperti tersadarkan bahwa kecantikan perempuan sama sekali tak dipengaruhi apakah dia berjerawat atau tidak—karena perempuan sama sekali tak diukur dari jerawatnya atau dari sudut pandang yang sempit sekecil jerawat. Jerawatmu itu, Revalina, menyadarkanku bahwa perempuan tetaplah manusia normal biasa—yang secantik apa pun terkadang tetap berjerawat.

Aku telah mengenalmu sebelum melihat jerawat di pipimu, Revalina. Lewat film yang kaubintangi, atau lewat berita tentangmu yang kubaca di koran dan majalah. Aku menyukaimu—jujur kukatakan. Dan aku tetap menyukaimu meski kau memiliki jerawat kemerahan di pipimu. Aku tetap menghormatimu, karena aku tahu bahwa kemanusiaanmu tidak terletak pada kecantikanmu semata-mata, tidak tergantung pada apakah kau berjerawat atau tidak. Kau tetap Revalina S. Temat meski kau berjerawat.

Saat melihat foto-foto itu, dan melihatmu, dan jerawatmu, aku jadi teringat pada kawan-kawan perempuanku yang sepertinya akan mengalami eksekusi mati hanya karena sebuah jerawat yang muncul di kulit pipi. Ya, ya, seharusnya mereka melihat jerawatmu, Revalina—maksudku, melihat foto-fotomu.

Well, sepertinya aku tidak pernah memperhatikan apalagi memperhitungkan jerawat seseorang hanya untuk menjadi temannya, sahabatnya, atau bahkan kekasihnya. Saat berpapasan dengan seorang perempuan, aku pun sama sekali tidak sempat memperhatikan apakah wajahnya berjerawat atau tidak, apakah di pipinya terdapat noda alergi atau tidak. Kalau kemudian aku memperhatikan jerawatmu, Revalina, itu justru karena aku memiliki perhatian lebih untukmu. Dan penilaianku kepadamu sama sekali tidak turun hanya karena jerawat itu.

Dear Revalina S. Temat,

Saat aku menuliskan catatan ini, aku jadi teringat pada diriku sendiri yang terkadang panik hanya karena hal-hal kecil. Ketika melihat fotomu yang berjerawat itu, mau tak mau aku pun jadi tersenyum malu. Tidak jarang, aku begitu merisaukan apa kata orang atas penampilanku—padahal aku sama sekali bukan siapa-siapa. Setidaknya, aku bukanlah artis sepertimu. Kalau kau yang artis saja bisa tersenyum santai dengan jerawat itu, seharusnya aku pun begitu.

Ah, jerawatmu itu, Revalina. Jerawatmu itu telah memberikan banyak pelajaran penting bagiku tentang apa arti menjadi manusia. Tentang pentingnya untuk tidak merisaukan hal-hal tak penting. Tentang sikap santai dalam menghadapi sesuatu yang kecil. Tentang keberanian untuk tetap tersenyum dan bukannya merisaukan kenyataan remeh dan sepele. Ya, seperti jerawat, atau warna kulit, atau hal-hal lainnya yang fisikal. Sekarang, entah mengapa, aku jadi tahu bahwa jerawat dan ‘ketidaksempurnaan’ fisikal adalah hal kecil—bahkan untuk seorang artis terkenal sekalipun.

Kau tetaplah Revalina S. Temat meski berjerawat, sama seperti Whoopi Goldberg tetap artis hebat meski berkulit hitam, sama seperti Oprah Winfrey tetap presenter hebat meski tidak langsing. Sekarang aku menyadari bahwa kecantikan dan keindahan fisik mungkin memang penting—tetapi ada yang lebih penting dibanding hanya sekadar kecantikan dan keindahan fisik. Seseorang menjadi hebat atau tidak, sama sekali tak dipengaruhi apakah ia berjerawat atau tidak. Dan jerawatmu itu, Revalina, telah memberitahuku hal penting itu.

Terima kasih, Revalina. Terima kasih karena telah memiliki jerawat di pipimu.

 
;