Selasa, 11 Mei 2010

Belajar: Bukti Adaptasi Manusia (1)

Setiap keberhasilan yang saya ketahui telah diperoleh orang lain
adalah karena orang bersangkutan mampu menganalisa kekalahan,
dan benar-benar belajar darinya untuk menghadapi tantangan berikutnya.
William Marston


Belum lama, di kota saya ada demonstrasi para buruh/karyawan yang menuntut dicabutnya peraturan buruh/karyawan kontrak.

Fenomena pekerja atau karyawan kontrak memiliki dua sisi—negatif maupun positif. Negatifnya, dengan adanya surat kontrak menyangkut masa kerja karyawan, maka sewaktu-waktu si karyawan bisa kehilangan pekerjaannya ketika masa kontraknya selesai, dan dia tak bisa menuntut apa-apa. Ini tentu mengerikan bagi kehidupan si karyawan bersangkutan, apalagi jika ia menggantungkan hidupnya semata-mata pada pekerjaan tersebut.

Tetapi, sisi positifnya, kontrak kerja itu akan menjaga kualitas kinerja dari karyawan bersangkutan. Dia tidak bisa main-main atau seenaknya sendiri dalam pekerjaannya jika ingin tetap memiliki pekerjaan itu. Dia harus menunjukkan bahwa dia karyawan terbaik, pekerja paling hebat yang dapat menghasilkan kualitas kinerja paling tinggi.

Dengan perspektif semacam itu, maka akan timbul suatu persaingan yang bagus dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas kinerja masing-masing karyawan di sebuah perusahaan.

Nah, dalam skala sempit semacam itu pun kita dapat melihat bahwa pembelajaran memiliki peran amat penting—bahkan menentukan—bagi nasib seorang karyawan atau pekerja di sebuah perusahaan.

Para pekerja yang mau terus meng-upgrade dirinya dengan pembelajaran yang meningkatkan kualitas dirinya akan terus selamat dan tetap memiliki pekerjaannya, namun para pekerja yang malas belajar dan tak mau meningkatkan kualitas dirinya akan tersingkir dan kehilangan pekerjaan. Di masa yang amat kompetitif seperti sekarang, pembelajaran menempati posisi paling penting dalam mempertahankan karir setiap orang.

Di dunia kerja abad ini, kita tidak hanya bersaing dengan para pekerja lain dalam sebuah bidang usaha atau profesi, tetapi kita juga terancam persaingan dengan mesin dan robot-robot. Diperkirakan, setiap tahun robot akan menggantikan tiga sampai empat ratus jenis pekerjaan yang semula dikerjakan oleh manusia. The Financial Times bahkan memperkirakan peningkatan penggunaan robot industri di dunia akan meningkat dari jumlah 600 ribu menjadi 2,4 juta robot. Jika perkiraan ini benar, maka akan ada lagi penghapusan bagi 7 (tujuh) juta jenis pekerjaan yang semula ditangani oleh manusia.

Bukankah ini ancaman yang amat mengerikan?

Karena penggunaan mesin dan robot inilah, perusahaan sebesar General Electric terus mengurangi jumlah karyawannya. Pada tahun 1981, mereka memecat 400 ribu karyawan. Ketika memasuki tahun 1993, jumlah karyawan yang dipecat mencapai 230 ribu orang—dan jumlah penjualan mereka meningkat tiga kali lipat dari jumlah semula sebelum adanya pemecatan. Tenaga para pekerja itu telah digantikan oleh mesin-mesin dan komputer, dan itu terbukti lebih efektif serta lebih menguntungkan.

Karena adanya teknologi pengenal suara, perusahaan AT&T mengganti (baca: memecat) 6 ribu pekerja operator jarak jauh dan menggantinya dengan komputer. Selama sepuluh tahun berjalan semenjak digunakannya komputer, 40 persen pekerja di AT&T telah dipecat, dan perusahaan ini terus mampu meningkatkan jumlah pelanggannya, bahkan hingga mencapai 50 persen. Apa artinya itu? Jelas, bahwa tenaga manusia sudah tak bisa dianggap efektif lagi jika dibandingkan dengan mesin dan robot komputer.

Bisnis komunikasi, secara keseluruhan, telah menghapuskan 180 ribu jenis pekerjaan dalam waktu 8 tahun. Ada 180 ribu pekerjaan dalam bidang telekomunikasi yang tadinya ditangani manusia kini digantikan oleh mesin dan komputer. Itu artinya, kalau di setiap satu jenis pekerjaan ditangani oleh satu orang saja, maka selama 8 tahun ini setiap perusahaan telekomunikasi telah memecat 180 ribu karyawannya.

Dulu, proses pencetakan surat kabar membutuhkan 3.000 (tiga ribu) orang untuk menangani pekerjaan itu. Namun, setelah ditemukan mesin dan robot yang terhubung dengan komputer, prosesnya hanya membutuhkan 3 (tiga) orang saja. Lalu kemana yang 2.997 orang lainnya? Jawabannya begitu jelas; mereka dipecat!

Kalau kita ke luar negeri dan mengisi bensin untuk mobil kita, tak ada orang yang melayani mengisikan bensin dari selang ke dalam tangki. Kita harus turun dari mobil, menekan angka liter yang kita pilih, kemudian mengisikan bensin ke dalam tangki mobil kita sendiri. Angka liter yang tercatat itu akan sampai di meja kasir, dan kita kemudian membayarnya pada petugas kasir yang ada di sana.

Hal semacam itu, cepat atau lambat, akan sampai pula di Indonesia, dan itu artinya akan ada sekian ribu petugas pengisi bensin yang kelak akan kehilangan pekerjaannya.

Hal lain semacam itu yang kini mulai masuk ke negeri ini adalah mesin pelayanan pembelian minuman ringan. Dulu, atau pun sekarang, ada sekian banyak orang yang bekerja menjadi pengasong minuman yang dijajakan di tempat-tempat yang ramai. Tapi lambat-laun orang-orang ini akan terus digantikan oleh mesin-mesin yang lebih praktis dan higienis. Orang tinggal memasukkan koin seharga minuman yang diinginkan, dan mesin akan mengeluarkan minuman yang kita inginkan.

Fenomena semacam itu akan terus merayap dan terus menggantikan pekerjaan manusia yang selama ini kita kenal. Mungkin kita berpikir itu akan membutuhkan proses serta waktu yang lama, dan mungkin kita bisa selamat dari serbuan mesin-mesin yang akan menggantikan manusia tersebut. Tetapi jangan lupa, bahwa menurut para ahli, pengetahuan meningkat dua kali lipat dalam setiap 2 sampai 3 tahun di hampir setiap lapangan pekerjaan.

Dalam waktu 2 sampai 3 tahun, pengetahuan meningkat 200 persen, dan itu artinya laju pertumbuhan dan kemajuan peradaban ini semakin cepat, semakin cepat, dan semakin cepat.

Ilmu pengetahuan nano teknologi bahkan akan mengubah secara revolusioner industri manufaktur dalam waktu 20 tahun mendatang. Karenanya, untuk dapat terus bertahan dalam bidang pekerjaan apa pun yang kita miliki sekarang, pengetahuan kita harus ikut meningkat dua kali lipat dalam waktu 2 sampai 3 tahun. Ini adalah jalan paling logis yang dapat kita tempuh jika tidak ingin tersingkir dari laju kehidupan yang makin cepat ini.

Lanjut ke sini.

 
;