Selasa, 11 Mei 2010

Belajar: Bukti Adaptasi Manusia (2)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Saya percaya dan selalu percaya bahwa hanya pembelajaranlah satu-satunya cara sehat yang dapat ditempuh manusia untuk dapat terus survive menjalani kehidupan yang makin keras dan kompetitif.

Pembelajaran adalah bukti bahwa manusia mau beradaptasi dengan kehidupannya. Pembelajaran adalah bukti bahwa manusia mau menyesuaikan diri dengan perubahan peradabannya. Sebagaimana berjuta-juta tahun lalu dinosaurus punah karena tak sanggup beradaptasi, begitu pun manusia hari ini akan tersingkir dan punah jika tak mau beradaptasi.

Di dalam buku The Road Ahead, Bill Gates, sang pendiri Microsoft, menyatakan, “Di dunia yang terus berubah, pendidikan adalah modal utama bagi seseorang agar bisa beradaptasi. Ketika perekonomian berubah, setiap orang dan kelompok masyarakat yang terdidik dengan baik cenderung melakukan hal yang terbaik. Karenanya, dapatkan keterampilan dan kecakapan baru sepanjang hayat.”

Pikirkanlah fakta yang penting ini: Jika kita hanya mengandalkan tenaga atau fisik semata-mata untuk bekerja, dan kita sudah merasa puas dengan itu, maka mesin-mesin dan robot-robot komputer akan selalu mampu menggantikan tenaga kita—kapan pun waktunya tiba—dan mereka lebih cepat sekaligus lebih kuat dibanding fisik kita. Tetapi, mesin-mesin dan robot-robot itu selamanya tidak akan pernah mampu menggantikan akal pikiran manusia!

Nah, orang terkadang berpikir untuk mencari profesi atau pekerjaan yang aman. Sepertinya, jika kita perhatikan, tidak ada pekerjaan ataupun profesi yang aman.

Mungkin kita berpikir bahwa menjadi karyawan swasta di sebuah perusahaan yang bonavid tergolong aman? Sekarang pertimbangkan hal ini; karyawan swasta yang paling kompeten sekalipun belum tentu aman. Bahkan mungkin terjadi orang yang paling kompeten justru menjadi orang yang paling awal dipecat.

Kalau kita berkarir dari bawah, dan menjalani pekerjaan hingga mendapatkan jenjang demi jenjang yang terus meningkat dalam perusahaan tempat kita bekerja, hingga kemudian menjadi direktur atau bahkan presiden direktur dalam perusahaan itu, kita tentu orang yang sangat kompeten. Tetapi, jika suatu saat terjadi merger, akuisisi, atau perusahaan tempat kita bekerja diambil alih oleh pemerintah, siapakah yang kira-kira akan diganti (dipecat) pertama kali? Benar, presiden direktur dan jajaran direkturnya!

Mungkin kita berpikir bahwa menjadi pegawai negeri adalah pekerjaan yang aman? Sejarah telah membuktikan kepada kita, bahwa ketika masa kepresidenan Abdurrahman Wahid, dua buah departemen besar (Departemen Sosial dan Departemen Penerangan) dihapuskan, dan ada sekian ribu pegawai negeri yang kehilangan pekerjaannya!

Mungkin kita berpikir bahwa pekerjaan sebagai usahawan atau pedagang adalah pekerjaan yang aman, karena tidak ada pihak yang dapat memecat? Jangan salah sangka. Pedagang pun bisa dipecat. Supplier dan para pelanggan atau konsumen dapat memecat seseorang dari usaha atau perdagangannya! Di kota saya sendiri, ada cukup banyak toko yang tutup karena tak laku, ada banyak usaha gulung tikar karena tak sanggup bertahan dan bersaing, ada banyak perusahaan dan pabrik yang bangkrut karena tak dapat beradaptasi dengan perubahan.

Nah, mungkin kita berpikir bahwa bekerja sebagai seorang profesional akan lebih aman dibanding jenis pekerjaan lain? Jawabannya tetap saja; tidak! Kita bisa melihat bukti-bukti nyatanya. Para artis, atlit, penulis, pemusik, dan para profesional lain pun banyak yang terpaksa berganti pekerjaan yang amat jauh berbeda dari profesinya semula.

Itu adalah ilustrasi-ilustrasi yang mudah kita lihat, untuk membuktikan bahwa tidak ada pekerjaan apa pun yang bisa dianggap aman. Satu-satunya sandaran keamanan yang paling dapat diandalkan adalah diri kita sendiri. Dan kita dapat bersandar pada diri sendiri jika kita mau terus meng-update dan meng-upgrade diri kita dengan pembelajaran yang tanpa henti. Sekali lagi, belajar tanpa henti!

Seperti yang telah dinyatakan di atas, pikiran serta pengetahuan kita harus terus berkembang dua kali lipat dalam waktu 2 sampai 3 tahun. Sebagaimana baterai ponsel, dia harus di-charge untuk dapat terus digunakan. Proses pengisian energi (charge) adalah sesuatu yang tidak menyenangkan karena selama baterai di-charge, kita tidak dapat leluasa menggunakan ponsel. Tetapi itu syarat mutlak untuk dapat terus menggunakan ponsel.

Jika kita malas mengisi energi baterai ponsel kita, dan memilih untuk menelantarkannya, apa yang kemudian terjadi? Kita sudah tahu jawabannya; baterai ponsel akan cepat aus, atau dalam istilah kita, akan nge-drop. Jika baterai sudah aus atau nge-drop, dia sudah tak dapat dipakai lagi. Dia harus dibuang untuk digantikan baterai yang baru.

Brian Tracy, dalam bukunya yang bagus, Maximum Achievement, mengatakan, “Dulu, perbedaan utama antar orang dalam masyarakat adalah antara yang kaya dan yang miskin. Sekarang, perbedaan utamanya adalah antara yang kaya pengetahuan dan yang miskin pengetahuan. Percayalah, masa depan adalah milik mereka yang mampu untuk tetap terus berlatih dan belajar.”

Dulu, hubungan antara karyawan dengan perusahaan tempatnya bekerja seperti hubungan anak dengan orangtua. Tetapi, sekarang, hubungan karyawan atau pekerja dengan perusahaan tempatnya bekerja hanya ditandai sebuah kontrak di atas kertas yang dapat selesai sewaktu-waktu.

Dulu, segala hal yang hebat, canggih, dan luar biasa, hanya ada dalam angan-angan fiktif yang ditulis dalam kisah-kisah imajinasi. Sekarang, semua yang hebat, canggih, dan luar biasa, telah dapat diciptakan dan ditunggu hanya dalam hitungan hari.

Di tengah-tengah arus perubahan dan kemajuan yang luar biasa cepat itu, kita berada tepat di tengah-tengahnya. Siapa pun yang dapat beradaptasi, ia akan tetap hidup. Siapa yang tidak, dia akan tersingkir dan punah. Anthony Robbins mengatakan, “The past does not equal the future.”

Masa lalu tidak sama dengan masa depan. Dan... saya percaya sepenuhnya.

 
;