Selasa, 11 Mei 2010

Suara-suara di Otakku



“Bocah-bocah itu sibuk, benar?” suara pertama.

“Lebih dari yang bisa kau bayangkan,” suara kedua.

“Senang mendengarnya. So…?”

“Kau dulu.”

“Oke, dengar, sejak semula aku sudah menduga akan seperti itu. Mereka kan tidak tahu. Tapi setelah tahu, dan menghadapi kenyataannya seperti itu—well, mereka jadi seperti menemukan lahan baru, tempat yang bagus, atau apalah sebutanmu. Dan mereka kini sibuk—benar-benar sibuk. Jadi, kupikir, well…permainan sudah dimulai.”

“Berapa banyak yang kau temukan?”

“Tidak banyak, jika yang kau maksudkan jumlahnya. Tetapi kita kan tidak menarik kesimpulan dari jumlah. Mereka itu seperti bocah-bocah yang baru menemukan permainan aneh yang belum pernah mereka temui. Jadi mereka sibuk sekali—atau seperti itulah yang pada awalnya kupikir. Kau tahu tentang kotak-kotak di tempat itu?”

“Ya.”

“Kotak-kotak itu tidak dirancang untuk urusan biasa—kita sama-sama tahu. Orang akan merasa butuh—atau merasa tidak butuh—dan kita akan tahu. Bocah-bocah itu tidak akan mendekati kotak-kotak itu tanpa merasa butuh, jadi sekarang kita tahu. Pertama kalinya mendapati kenyataan itu, jujur saja, aku tidak langsung paham. Tapi setelah beberapa kali memasukinya kembali, lama-lama aku paham sendiri. Jadi inilah permainannya.”

“Dan kau suka?”

“Aku tidak bisa menjawab apakah aku suka atau tidak. Di satu sisi, aku merasa tersanjung, tapi di sisi lain juga membuatku merasa tidak nyaman. Well, kau tahu hal-hal semacam ini.”

“Yeah…”

“Kemudian perubahan-perubahan yang terjadi seiring dengan itu—well, itu semakin memberikan petunjuknya kepadaku. Maksudku, bukan perubahan kecil. Ada perubahan yang sangat besar di sini. Kalau kau berubah, apakah kau berubah untuk sesuatu, ataukah hanya karena memang ingin berubah?”

“Aku tahu maksudmu.”

“Bagus. Ada beberapa hal lain yang juga menopang pendapatku akan hal itu—tapi aku sudah terlalu banyak bicara. Oke, sekarang aku mendengarmu. Berceritalah kepadaku.”

“Well…pendapatku sama persis denganmu.”

Suara pertama tertawa terbahak-bahak. Dan suara kedua menimpalinya. Tawa mereka membahana, merobek langit, menembus malam, memecah bintang-bintang. Dan aku kemudian terkejut saat tersadar…dua suara itu sesungguhnya satu.


 
;