Jumat, 04 Juni 2010

Bagaimana Cara Menulis



Di antara banyaknya pertanyaan lain yang biasa diajukan kepada para penulis, pertanyaan yang satu ini bisa dikatakan sebagai pertanyaan yang paling terkenal. “Bagaimana sih cara menulis?” Dan di antara banyaknya pertanyaan lain yang biasa diajukan kepada para penulis, pertanyaan yang satu ini bisa dikatakan sebagai pertanyaan yang paling sulit dijawab.

Jadi, bagaimana cara menulis? Dengan sepenuh kejujuran dan segala kerendahan hati, saya ingin menjawab, “Saya tidak tahu.”

Saya bukannya ingin meniru Socrates, tetapi sungguh, saya benar-benar tidak tahu cara menulis—saya tidak bisa memberikan teori apapun tentang cara menulis. Jika kau bertanya kepada saya bagaimana cara menulis, maka yang bisa saya katakan hanyalah ini, “Siapkanlah kertas dan polpen, atau nyalakanlah komputermu—dan menulislah.”

Saya memang telah cukup sering menulis, dan saya pun punya beberapa buku yang telah diterbitkan—tetapi saya tidak tahu cara menulis selain apa yang saya katakan itu. Seringkali, jawaban saya sebagaimana di atas itu dianggap sebagai upaya untuk menutup-nutupi pengetahuan, atau bahkan ada yang menuduh saya tak mau membagikan ilmu yang saya miliki. Tidak, saya sama sekali tidak menutup-nutupi apapun dan saya bukannya tak mau berbagi. Kenyataannya, saya memang tidak tahu cara menulis.

Pada saat ini, tak terhitung banyaknya buku-buku yang mengulas tentang “cara menulis” atau “teori menulis” yang ditulis oleh para penulis terkenal, ataupun oleh para penulis yang baru menulis. Buku-buku yang disebut sebagai teori menulis itu memang layak dibaca dan perlu dipelajari—tetapi apakah itu memang cara menulis? Saya sendiri juga membaca buku-buku “how to” semacam itu, dan saya mendapatkan banyak ilmu kepenulisan dari sana. Tetapi, sekali lagi, apakah buku-buku itu mengajarkan tentang bagaimana cara menulis…?

Sekarang, mari endapkan pikiran kita. Sebanyak apapun buku teori menulis yang telah kita baca, sebanyak apapun acara-acara kepenulisan yang telah kita ikuti, sebanyak apapun workshop tentang menulis yang telah kita datangi, sebanyak apapun penulis yang telah kita wawancarai, selamanya kita tidak akan pernah menulis jika kita tak mau menyiapkan kertas dan polpen atau menyalakan komputer—dan kemudian menulis. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menulis selain duduk di depan meja atau di depan komputer—dan kemudian mulai menulis.

Jadi, sekali lagi, cara yang paling jelas untuk bisa menulis adalah menyiapkan diri untuk menulis. Segala teori yang kita pelajari, segala buku yang telah kita baca, segala pengetahuan yang kita serap, semuanya hanya pelengkap—tetapi intinya hanyalah kesiapan diri dalam menulis. Karenanya, kapan pun saja kau bertanya kepada saya bagaimana cara menulis, maka jawaban saya tidak pernah berubah, “Siapkan kertas dan polpen, atau nyalakanlah komputer—dan kemudian menulislah.”

Sebenarnya, proses menulis itu tak jauh beda dengan proses memasak—begitu pula prakteknya. Apakah mungkin kau bisa memasak hanya dengan membaca buku-buku teori memasak atau mempelajari resep-resep masakan? Tidak! Untuk bisa memasak, kau harus pergi ke dapur dan menyiapkan diri untuk memasak.

Buku-buku resep masakan hanyalah pemandu agar kau bisa memasak dengan lebih baik—tetapi intinya tetap pada praktek yang kau lakukan. Kalau kau bertanya pada nyokapmu, “Ma, bagaimana sih cara memasak?” Apakah nyokapmu akan menyodorkan setumpuk buku resep masakan? Mungkin ya, tetapi lebih mungkin lagi, nyokapmu akan membawamu ke dapur—dan menunjukkan kepadamu caranya memasak.

Jadi, bagaimana cara menulis? Jawaban saya tak berubah—dan tak pernah berubah. Menulislah—hanya itulah satu-satunya cara menulis.


 
;