Rabu, 16 Juni 2010

Hasrat Terbesar Manusia

Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, maka kita semestinya
bisa mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara.
Epictetus


Ada sesuatu yang berbentuk hasrat atau keinginan yang sangat-sangat besar di dalam diri setiap manusia. Hasrat atau keinginan itu bukan keamanan atau kenyamanan, bukan popularitas atau ingin terkenal, juga bukan hasrat pada rasa kenyang atau nafsu seksualitas. Hasrat atau keinginan terbesar dari setiap manusia adalah hasrat untuk didengarkan. (William James menyebutnya ‘hasrat untuk menjadi hebat’, John Dewey menyebutnya ‘hasrat untuk menjadi penting’, sementara Sigmund Freud menyebutnya sebagai ‘hasrat untuk menjadi besar’).

Mari kita introspeksi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hitunglah berapa banyak jumlah waktu yang kita gunakan untuk berbicara kepada orang lain, dan berapa jumlah waktu yang kita gunakan untuk mendengarkan orang lain berbicara. Rata-rata dari kita menggunakan lebih banyak waktu untuk berbicara daripada untuk mendengarkan. Mengapa? Karena setiap manusia butuh aktualisasi, setiap kita butuh berbicara, setiap orang butuh didengarkan. Dan dari sinilah munculnya banyak persoalan.

Setiap manusia butuh berbicara, sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri. Saya butuh bicara, kau butuh bicara, mereka butuh bicara, dan jutaan orang lain di muka bumi ini juga butuh bicara. Orang-orang yang kita anggap pendiam, pemalu, penggugup, atau orang-orang yang kita cap sebagai antisosial, mereka juga butuh, bahkan sangat butuh bicara.

Kita ingin berbicara tentang berbagai hal, kita ingin mengomentari segala macam persoalan, kita pun terkadang ingin berceramah tentang segala yang ada di dalam hati maupun kepala kita. Bukankah begitu? Dan salah satu hal yang sangat menyakitkan, bahkan sampai membuat hati menderita, adalah ketika mengetahui tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan kita. Sekali lagi, bukankah begitu?

Larisnya praktik psikiatris, juga banyaknya orang yang antri di ruang tunggu praktik dokter, adalah salah satu bukti yang menunjukkan bahwa orang butuh bicara. Dengan mengunjungi psikiater atau dokter, para pasien itu merasa memiliki seseorang yang mau mendengarkannya berbicara, bahkan berbicara tentang apa saja. Dan dokter atau psikiater itu pun mendengarkan setiap keluhan si pasien dengan cermat, dengan penuh perhatian, hingga ketika keluar dari ruang praktik si pasien pun merasakan suatu kelegaan yang luar biasa. Bukan hanya karena telah memperoleh resep atau obat bagi keluhannya, tetapi karena kebutuhannya untuk didengarkan telah terpenuhi.

Mungkin kita bisa langsung menyatakan, itu terlalu ekstrim! Barangkali ya. Tetapi, bukankah hasrat kita untuk selalu bicara dan ingin selalu didengarkan juga sudah bisa disebut ekstrim? Dr. Redford Williams, seorang peneliti kedokteran perilaku di Duke University Medical Center, mengemukakan, “Sebagian besar orang-orang yang sekarang masuk rumah sakit jiwa adalah karena tekanan batin, yang timbul karena hasratnya tidak terpenuhi. Salah satu tekanan batin itu adalah karena tidak adanya orang lain yang mau berempati terhadapnya, meski dalam bentuk sikap yang mendengarkannya.”

Nah, sekarang kita telah tahu salah satu jawaban mengapa orang-orang gila atau tak waras paling suka bicara sendiri. Mereka sampai menjadi gila karena tak ada yang mau mendengarkannya! Hasrat untuk didengarkan adalah hasrat paling besar di dasar hati setiap manusia!

Karena setiap orang butuh bicara, karena setiap orang butuh didengarkan, maka hampir bisa dipastikan bahwa nyaris tidak ada orang yang mau meluangkan waktu untuk mendengarkan. Dan inilah salah satu resep paling ampuh untuk bisa berhubungan dengan setiap manusia, yakni kesediaan mendengarkan.

Dale Carnegie, salah satu tokoh komunikasi terbesar yang pernah dimiliki oleh sejarah, menulis dalam bukunya yang sangat fenomenal, How to Win Friends and Influence People, “Kalau kau bisa mendengarkan orang lain dengan tulus dan sepenuh hati, maka kau akan menjadi salah satu orang yang paling dirindukan setiap orang di muka bumi, meski kau bertahun-tahun telah mati.”

Salah satu pelajaran penting dalam hidup adalah pelajaran mendengarkan. Mungkin itu pula alasan Tuhan memberikan satu mulut dan dua telinga untuk setiap orang.

 
;