Selasa, 23 November 2010

Belajar atau Mati (1)

Saat kau berhenti belajar, saat kau berhenti bertanya dan mencari
pengetahuan baru, maka ini adalah saat untuk mati.
Lillian Smith


Pada tahun 2000, vendor ponsel Finlandia, Nokia, memproduksi sebuah ponsel generasi baru yang kemudian menyulut revolusi dalam dunia seluler, sekaligus cikal bakal ponsel multimedia.

Pada waktu itu, mereka meluncurkan ponsel yang diklaim sebagai ponsel paling canggih dengan fitur paling lengkap, dengan ukuran paling kecil, dan dengan bentuk paling ringan, plus dilengkapi kapasitas memori yang besar—konon itulah pertama kalinya memori ponsel diperhitungkan sebagai sesuatu yang penting. Inilah ponsel yang kemudian menciptakan slogan “Begitu Kecil, Begitu Cerdas” yang legendaris itu. Ponsel apakah kira-kira yang begitu hebat itu?

Nokia seri 8310.

‘Kehebatan’ yang dimiliki Nokia 8310 bukan hanya pada bentuknya yang mungil dan adanya media penyimpanan (memori) di dalamnya, tetapi juga dapat digunakan untuk mendengarkan radio. Inilah pertama kalinya ada ponsel yang dilengkapi dengan fitur radio!

Pada masa sekarang, Nokia 8310 memang sudah tak diproduksi lagi. Karenanya, siapa pun yang ingin memilikinya harus membeli yang versi second. Terakhir saya lihat di suatu tabloid, harga ponsel ini hanya Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah). Nah, berapa kira-kira harga ponsel ini pada waktu pertama kali diluncurkan? Mungkin terdengar fantastis, tetapi dulu harga ponsel ini sebesar Rp. 4.200.000,- (empat juta dua ratus ribu rupiah).

Selisih harga yang gila-gilaan, kan…?

Pertanyaannya, mengapa kenyataan semacam itu bisa terjadi? Mengapa ponsel yang pada waktu pertama kali muncul memiliki harga yang luar biasa mahal, tapi kemudian harganya turun sampai sebegitu rendah?

Ada dua jawaban untuk hal itu. Jawaban pertama tidak penting, tetapi jawaban yang kedua amat sangat penting.

Jawaban yang pertama; harga mahal untuk ponsel-ponsel itu adalah harga yang sengaja dipasang untuk dapat segera ‘mengembalikan’ biaya penelitian dan penciptaan yang telah dikeluarkan untuk ponsel bersangkutan. Harga yang mahal itu adalah ongkos untuk sebuah penelitian teknologi, dan para konsumen awalnya adalah para ‘penebus’ biaya penelitian itu. Setelah biaya penelitian tertutup dari hasil penjualan awal, maka harga pun mulai diturunkan untuk terus dapat menjaring konsumen, dan mulai memetik keuntungan.

Nah, jawaban kedua—dan yang penting—adalah karena laju perkembangan teknologi yang semakin cepat, dan persaingan antar vendor yang semakin ketat. Coba lihat ponsel milik kita. Ponsel-ponsel sekarang ini begitu hebat dan luar biasa canggih, sehingga fungsinya tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi telah jauh melampaui hal itu.

Dulu, ponsel hanya dapat digunakan untuk komunikasi suara, tetapi kemudian muncul SMS (komunikasi melalui tulisan—pesan singkat). SMS dikembangkan, dan kemudian lahir EMS. EMS dirasa belum hebat, maka diciptakanlah MMS. Hari ini, ponsel bahkan sudah dapat digunakan untuk chatting dan berkirim e-mail.

Dulu, ponsel yang baru dilengkapi radio saja sudah dianggap sebagai ponsel paling cerdas (kasus Nokia 8310). Tetapi hari ini, ponsel tidak saja dilengkapi dengan radio, tetapi juga telah dilengkapi dengan MP3, MP4, game interaktif, video, kamera, bahkan moviemaker, hingga... 3G (third generation / infrastruktur seluler generasi ketiga).

Lanjut ke sini.

 
;