Kamis, 06 Januari 2011

Menertawakan Hidup

Hidup adalah lelucon bagi orang yang berpikir,
dan tragedi bagi mereka yang mengandalkan perasaan.
Horace Walpole


Natasha ingin pesta ultahnya yang ke-20 benar-benar sempurna. Karenanya, dia pun telah mempersiapkan segalanya jauh-jauh hari sebelum hari H ultahnya berlangsung. Gaun yang akan dikenakannya, undangan ultah buat kawan, kerabat dan sahabatnya, sampai tart ultah yang desainnya sesuai bayangannya, semua telah ia rancang dan persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.

Maka, ketika pesta ultah itu berlangsung, segalanya pun sesuai kehendak Natasha. Malam itu Natasha telah mengenakan gaun indah yang telah dipersiapkannya, semua orang yang ia undang telah hadir di pestanya, sebuah tart besar telah berada di tempatnya, dan suasana ultah benar-benar menggembirakan, menyambut ulang tahun Natasha yang kedua puluh tahun.

Tetapi kemudian tragedi terjadi.

Di tengah-tengah keramaian pesta ulang tahun itu, seorang tamu tanpa sengaja tersandung sesuatu, dan badannya terhuyung hingga menabrak meja tempat tart ultah Natasha. Tart ultah yang besar itu pun ambruk, dan Natasha yang tengah berdiri di dekat meja langsung menjadi ‘sasaran’ ambruknya tart itu. Gaunnya yang indah dan bersih, yang telah dipersiapkannya sejak lama, seketika menjadi kotor, belepotan, dan penuh noda-noda kue ulang tahunnya sendiri.

Ketika insiden yang tak disengaja itu terjadi, dan ketika melihat keadaan Natasha yang ‘mengenaskan’, para tamu yang hadir di pesta itu pun seketika diam, dan suasana seketika sunyi.

Tetapi kemudian kesunyian itu dipecahkan oleh tawa Natasha yang menertawakan keadaan dirinya sendiri. Ketika baru menyadari gaunnya yang indah itu terkotori noda-noda kue dan keadaannya menjadi ‘rusak’, Natasha memang terkejut, bahkan shock, tetapi kemudian ketika kesadarannya mulai kembali, Natasha pun memilih untuk menertawakannya.

Memilih untuk menertawakan—adalah salah satu pilihan bijak yang dapat diambil dalam menjalani segala sesuatu dalam hidup, sebagaimana Natasha yang memilih untuk menertawakan saat pesta ulang tahunnya ‘dirusak’ oleh tragedi yang tak pernah dibayangkannya. Dan karena Natasha memilih untuk menertawakannya, maka para tamu yang hadir di pesta ulang tahunnya pun ikut tertawa, dan pesta itu tetap berlangsung dengan penuh kegembiraan.

Sebenarnya, Natasha juga memiliki hak untuk menangis atau mengutuk atas apa yang dialaminya. Menghadapi kejadian semacam itu, ia tentu punya hak untuk marah, jengkel, bahkan histeris dan mencaci-maki orang yang telah merusakkan kue ultah, gaun pesta, dan acara ulang tahunnya. Tetapi jika itu yang dipilih Natasha, maka pesta pun akan segera berakhir, para tamu akan menjadi tak enak dan tak lagi merasa nyaman, suasana pesta akan menjadi kaku, dan hari ulang tahunnya pun akan segera pergi dengan cepat tanpa suatu kesan yang indah untuk dikenang.

Memilih untuk menertawakan adalah salah satu cara bijak dalam menghadapi segala yang terjadi dalam hidup—bukan hanya hidup Natasha, tetapi juga hidup kita.

Kehidupan, tentu saja, adalah sesuatu yang secara serius diberikan Tuhan untuk manusia. Dan karena hidup adalah sesuatu yang serius, maka kita pun tentu perlu dan harus menjalaninya secara serius pula. Namun, di sela-sela hidup yang serius itu, sering kali kita menemukan banyak hal yang bisa kita tertawakan atau membuat kita tertawa. Atau setidaknya, ada bagian-bagian tertentu dalam hidup yang memberikan kepada kita hak untuk menertawakannya.

Mungkin kita sudah terlalu sering mendengar ungkapan yang menyatakan bahwa ‘tertawa adalah obat yang terbaik’, dan memang seperti itulah kenyataannya. Tertawa bukan saja pilihan yang bijak dalam menjalani hidup, tetapi juga membantu kesehatan tubuh dan pikiran kita. Selama bertahun-tahun para pakar telah membuktikan bahwa orang yang mudah tertawa lebih cepat sembuh dari sakit, ketimbang mereka yang lebih banyak mengeluh.

Bahkan, menurut hasil penelitian, tertawa antara 1 sampai 5 menit akan merangsang otak untuk melepaskan endorphin, serotonin, dan melatonin—tiga zat yang tergolong sebagai zat kimia yang baik. Pelepasan zat-zat itu akan menimbulkan perasaan tenang, tenteram, nyaman, dan bahagia.

Endorphin, salah satu zat yang dilepaskan otak ketika tertawa, berfungsi juga untuk mengurangi adrenalin, kortisol, dan radikal bebas, yang merupakan zat kimia yang jahat bagi otak. Ketiga zat inilah yang sering kali membuat seseorang menjadi cemas, ketakutan, dan otot-otot terasa tegang. Dengan tertawa, kita membantu tubuh kita sendiri untuk meninggalkan ketegangan, serta membuat pikiran menjadi terasa lebih nyaman dan menenangkan.

Selain itu, ketika kita tersenyum atau tertawa, diperlukan koordinasi 26 macam otot yang ada di wajah, sedangkan untuk merengut dibutuhkan pengerutan 62 macam otot. Saat merengut, ada 62 otot di wajah kita yang dikencangkan, sedang kalau tersenyum atau tertawa, ada 26 otot yang dikendurkan. Berdasarkan hal ini saja, rasanya sudah jelas mengapa orang yang lebih banyak tertawa jadi awet muda, dan mengapa orang yang suka cemberut atau merengut jadi lebih cepat tua.

Karenanya, meski hidup harus dihadapi dan dijalani dengan serius, jangan lupakan hak kita untuk sesekali menertawakannya.

 
;