Kamis, 17 Februari 2011

Kuasai Pikiranmu, Kuasai Hidupmu

Kesakitan pikiran lebih buruk daripada kesakitan tubuh.
Publisius Syrus


Di dalam hidup ini, ada orang-orang yang kehadirannya membantu kita bertumbuh, namun ada juga yang kehadirannya malah membuat kita membusuk. Ada orang-orang tertentu yang begitu suka membangkitkan semangat orang lain, namun ada juga orang-orang yang sangat suka meruntuhkan dan menghancurkan semangat orang lain.

Kalau kita mengatakan ingin membuka suatu usaha, misalnya, ada orang yang mengatakan, “Bagus tuh idemu. Usaha semacam itu masih jarang di sini, dan aku berharap kamu sukses menjalankannya.” Itu kata-kata yang membangkitkan semangat, dan kita butuh orang-orang positif semacam itu. Terlepas dari apakah kata-kata itu kelak akan benar atau tidak, namun kata-kata itu membesarkan hati kita.

Tetapi, ada pula orang-orang yang sepertinya tidak ingin melihat orang lainnya maju. Setiap kali ada orang yang merencanakan sesuatu untuk membangun hidupnya, biasanya dia akan berkata, “Jangan mimpi! Kamu terlalu berkhayal kalau menginginkan hal yang semacam itu!” Ketika kita mengatakan ingin membangun suatu usaha, dia langsung berceramah, “Jaman sekarang ini lagi susah sekali. Kamu hanya akan bunuh diri kalau nekat membuka usaha semacam itu. Sebaiknya kubur saja keinginan itu.”

Di dunia ini, ada orang-orang yang selalu menatap hidup dengan positif, dan mereka melihat langit selalu cerah. Tetapi di dunia ini juga ada banyak orang yang selalu menatap hidup dengan negatif, dan mereka selalu melihat langit akan runtuh. Dengan siapa kita berkawan, dengan siapa kita banyak melewatkan waktu, kehadiran mereka akan ikut mempengaruhi kehidupan kita. Kita tentu bisa merasakan perbedaan efek yang ditimbulkan dari kata-kata semacam, “Betapa indahnya hidup ini!” dengan, “Kehidupan ini begitu buruk!”

Di dalam diri kita, ada suatu dimensi psikis yang disebut pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar ini menampung begitu banyak pikiran yang pernah kita produksi, yang sering kita serap dan kita dengarkan, dari semenjak kita dilahirkan hingga hari ini. Semua pikiran itu mengendap, bahkan mengendap dengan sangat kuat, di pikiran bawah sadar tersebut.

Yang mengerikan, semua memori yang berhasil mengendap di pikiran bawah sadar itu akan menghasilkan realitas yang sama dalam kehidupan kita. Di sinilah, ada begitu banyak orang yang hidup dengan terjebak pada kesalahan pola pikirnya sendiri, yang dipengaruhi oleh apa pun yang telah ia serap, dengar, rasakan, pelajari, yakini.

Jika kita terlalu sering berpikir tentang kekurangan, dan pikiran kita terus diingatkan pada kekurangan, maka kehidupan kita pun akan terus bergelut dengan segala macam kekurangan. Sebaliknya, jika kita lebih sering berpikir tentang keberlimpahan, dan pikiran kita selalu diingatkan pada keberlimpahan, maka kehidupan kita pun akan menuju pada hal itu.

Ketika seseorang berpikir negatif, ia mengaktifkan dunia di sekeliling dirinya secara negatif, sehingga menarik hasil yang negatif pula kepada dirinya sendiri. Sebaliknya, ketika seseorang berpikir positif, ia mengaktifkan dunianya secara positif, dan menarik hasil yang positif pula kepada dirinya sendiri. Jadi, kalau mau dirumuskan, maka beginilah rumusnya; Pikiran Negatif = Hasil Negatif; Pikiran Positif = Hasil Positif.

Ini bukan kenyataan baru, karena sekian abad yang lampau, filsuf Plato sudah mengajarkan hal ini ketika dia meminta, “Kuasailah pikiranmu. Kau dapat melakukan apa pun yang kau kehendaki dengan pikiranmu.”

Pikiran manusia adalah sesuatu yang kuat sekaligus lemah. Ia kuat, karena pikiran mampu menghadirkan sesuatu yang sebelumnya tak ada menjadi realitas dan aktualitas. Namun ia juga lemah, karena pikiran terkadang mudah terpengaruh dan gampang dipengaruhi. Karenanya, adalah suatu tugas yang cukup berat bagi setiap kita untuk menjaga agar pikiran kita selalu berpikir positif, dan memikirkan hal-hal yang positif. Dan salah satu cara menjaga kejernihan dan kepositifan pikiran kita adalah dengan menjaga siapa yang akan banyak melewatkan waktu dengan kita.

Tulisan ini sama sekali bukan mengajarkan atau mengajak untuk pilah-pilih dalam berkawan. Saya hanya ingin menunjukkan betapa kuatnya pengaruh yang dihasilkan dari kedekatan dan kebersamaan kita dengan seseorang. Saya tidak ingin berpikiran negatif tentang orang lain, namun izinkanlah saya menyampaikan ilustrasi berikut ini.

Ada seekor katak tengah duduk santai di tepi sungai. Dia sedang bersenandung menikmati indahnya hidup ketika seekor kalajengking lewat di depannya, dan berkata, “Tuan Katak, aku ingin menyeberangi sungai, tapi aku tidak bisa berenang. Bisakah kau menyeberangkanku?”

Katak menjawab, “Tapi kau kalajengking. Kalajengking biasanya menyengat katak, kan?”

“Mengapa aku harus menyengatmu?” Kalajengking menanggapi, “aku hanya ingin menyeberang.”

“Baiklah,” ujar si katak. “Naiklah ke punggungku.”

Mereka pun kemudian menyeberangi sungai itu. Ketika sampai di tengah perjalanan, kalajengking itu akhirnya menyengat juga. Di tengah keterkejutan dan rasa sakit yang luar biasa, si katak bertanya heran, “Kenapa kau menyengatku? Kita berdua akan mati tenggelam!”

Katak itu mati dan tenggelam, sementara kalajengking yang tak bisa berenang pun langsung ikut tenggelam. Tapi dia masih sempat menjawab, “Karena aku kalajengking, maka aku menyengatmu!”

Dunia ini penuh dengan orang-orang yang berani dan siap tenggelam asal kita juga tenggelam. Mereka menyengat dengan kata-katanya. Mereka menggigit dengan ‘pengalaman-pengalaman hidupnya’. Mereka menghancurkan dengan pikiran-pikiran negatifnya. Karena itu, meskipun kadang kita bersama mereka, tetapi usahakan agar jangan sampai kita menggendong mereka.

 
;