Senin, 25 April 2011

Houdini dan Pintu Tak Terkunci

Jika palu satu-satunya alat yang kita punya,
kita akan cenderung memandang setiap masalah sebagai paku.
—Abraham H. Maslow


Jauh sebelum mengenal David Copperfield, pesulap hebat itu, dunia terlebih dulu mengenal nama Harry Houdini, juga seorang pesulap yang luar biasa. Houdini merupakan pesulap terbesar di zamannya, juga seorang ahli kunci yang amat mengagumkan, sehingga dijuluki “The Master of Escape”.

Houdini sering kali mempertunjukkan sulapnya dengan cara dimasukkan ke dalam sebuah ruangan terkunci, dan dapat dipastikan akan keluar dari ruangan itu dengan menggunakan kunci yang dimilikinya sendiri, meskipun itu bukan kunci yang sebenarnya.

Karena keahliannya itu, Houdini pun sering kali mengatakan bahwa dia bisa meloloskan diri dari penjara manapun yang ada di dunia dengan waktu kurang dari satu jam. Maka tantangan itu pun kemudian disambut. Sebuah penjara kecil dibangun secara khusus untuk menjawab tantangan Houdini.

Ketika hari yang ditentukan telah tiba, orang-orang pun berduyun-duyun datang ke sana untuk menyaksikan momen sulap bersejarah tersebut. Media-media massa pun datang untuk meliputnya.

Dengan penuh percaya diri, Houdini masuk ke dalam penjara itu, dan kemudian pintu pun ditutup. Dia segera melepaskan jasnya, dan segera mempersiapkan koleksi anak kunci miliknya yang biasanya sanggup membuka kunci mana pun.

Menit demi menit berlalu, namun Houdini belum juga dapat membuka kunci pintu itu. Setelah melewati waktu 30 menit, Houdini mulai berkeringat. Sampai satu jam kemudian, Houdini tetap belum mampu membuka kunci pintu itu. Akhirnya, setelah dua jam, karena tetap juga tak sanggup membuka pintu yang mengurungnya, sementara aksinya diliput media dan disaksikan begitu banyak orang, Houdini pun tak sanggup lagi menopang dirinya. Dia jatuh pingsan.

Yang paling mengejutkan dari semuanya itu adalah, pintu itu sesungguhnya tidak terkunci. Ketika Houdini terjatuh karena pingsan, tubuhnya menabrak pintu, dan pintu itu pun langsung terbuka. Jadi...?

Jadi, yang terjadi adalah Houdini sendiri yang berpikir dan meyakini bahwa pintu itu terkunci—dan tepat seperti itulah kita biasanya ketika menghadapi begitu banyak masalah dan persoalan dalam hidup sehari-hari. Di antara banyaknya masalah sehari-hari, kadang-kadang suatu hal bukanlah masalah, tetapi kita menganggapnya masalah. Karena kita menganggapnya masalah, maka kita pun jadi pusing mencari-cari cara penyelesaiannya. Dan, tepat seperti Houdini, kita tidak juga bisa menyelesaikannya, karena sebenarnya itu memang bukan masalah yang perlu kita selesaikan.

Misalnya, hujan yang turun di pagi hari ketika kita akan berangkat kuliah atau bekerja. Hujan yang turun, sebenarnya, bukan masalah. Artinya, kita tidak perlu mencari-cari cara agar hujan tidak turun, tapi jalani saja rutinitas dan aktivitas kita tanpa harus terbebani oleh hujan yang turun. Daripada mencari-cari solusi agar hujan tidak turun, jauh lebih baik mengambil payung dan segera berangkat ke tempat kuliah atau tempat kerja.

 
;