Selasa, 05 April 2011

Kurnia Tak Terlihat



Seorang petani tua berencana menjual tanah ladangnya yang sudah tak terawat. Ia sudah bosan dengan lingkungan tempat tinggalnya di desa yang terpencil, dan menginginkan bisa tinggal di daerah yang lebih menyenangkan, dengan suasana yang berbeda sebagaimana yang dibayangkannya. Maka ia pun pergi ke sebuah biro iklan, dan meminta mereka untuk mengiklankan tanahnya yang akan dijual itu melalui surat kabar.

Petugas dari biro iklan mengunjungi tanah pemukiman si petani itu, untuk memperoleh data-data buat iklannya. Satu minggu kemudian, iklan itu pun muncul dalam surat kabar dengan kata-kata yang menarik hati.

Dijual; tanah pemukiman dengan luas sekian hektar di daerah yang sejuk dekat pantai yang indah. Anda bisa membangun rumah besar di sini dengan taman yang alami, karena pohon-pohon besar masih terdapat di tanah ini. Anda juga bisa menjadikannya sebagai tempat berlibur, karena daerah ini masih bebas polusi, udaranya bersih, dan suasananya sangat tenang serta nyaman. Anda juga bisa membangun kandang-kandang untuk hewan kesayangan Anda, dan…

Besoknya, satu hari setelah iklan itu muncul di surat kabar, si petani buru-buru mendatangi biro iklannya dan meminta mereka untuk segera membatalkan iklan tersebut.

“Mengapa?” tanya petugas di biro iklan.

“Karena,” jawab si petani dengan gugup, “itulah tempat yang selama ini saya bayangkan bisa saya miliki!”


 
;