Jumat, 26 Agustus 2011

Cowok-cowok Idiot

Ehm, saya lagi stres, jadi sedang malas mikir hal-hal yang agak berat. So, saya bikin posting ini hanya untuk bersenang-senang dan menghibur diri sendiri. Kalau kalian mau membacanya dan ikut terhibur, saya ikut senang.

Posting ini juga saya tujukan buat “nyolek” dua sohib saya yang idiot tapi baik hati—Abigail dan Jonah. Ayo kita menertawakan keidiotan diri sendiri! :D

***

Setiap malam, saat Valentino melangkah di depan rumah Abigail untuk membeli nasi, dia melihat Abigail sedang khusyuk membaca buku. Itu cukup aneh bagi Valentino. Lebih aneh lagi ketika dia tahu bahwa buku yang dibaca Abigail adalah buku fisika.

Jadi, malam itu, ketika melangkah sambil menenteng nasi di depan rumah Abigail, Valentino pun kembali nyamperin, “Lagi belajar, folk?”

“Eh, iya nih, fel,” sahut Abigail. “Lagi belajar fisika.”

“Perasaan, dari kemarin kamu belajar fisika melulu?”

“Iya, soalnya fisika adalah pelajaran yang akan mengantarku menuju cita-cita.”

“Wah, hebat. Jadi kamu ingin jadi pakar fisika, gitu?”

“Uh, bukan gitu, sih,” jawab Abigail. “Aku ingin jadi penjual buku fisika.”

***

Jonah sangat suka nonton film, jadi dia pun menjadi member sebuah rental DVD. Siang itu dia pergi ke rental tersebut, karena ingin menyewa film terbaru. Meski siang itu panas sekali, dan jarak rental itu cukup jauh, Jonah tak peduli, yang penting dia bisa nonton film baru.

Sialnya, film yang diinginkannya kebetulan sedang keluar semua (dipinjam oleh penyewa lain). Akhirnya, sambil menahan dongkol, Jonah pun memelototi rak-rak DVD di sana, siapa tahu ada film bagus yang belum ditontonnya.

Di ujung salah satu rak, Jonah menemukan satu judul yang cukup menarik minatnya. Maka diambilnya DVD itu untuk disewanya.

Sesampainya di rumah, Jonah kesal bukan main karena DVD itu tidak bisa disetel! Ini pasti bukan salah playernya, pikir Jonah. DVD player itu belum lama dia beli dan masih bergaransi. Ini pasti DVD-nya yang tidak beres.

Maka, dengan dongkol, Jonah segera menelepon rental DVD itu untuk komplain.

“Mbak, ini kok DVD-nya nggak bisa disetel!” komplainnya langsung. “Udah capek-capek kepanasan ke sana, tapi nggak ada manfaatnya neeh!”

“Nggak bisa disetel gimana, Mas?” tanya petugas di rental DVD.

“Ya nggak bisa disetel! Nggak keluar gambar filmnya!”

“Masak sih? Tadi pinjamnya yang judul apa?”

Jonah pun meraih casing DVD di dekatnya, kemudian membacakan judulnya, “Head Cleaner!”

***

Sudah lama Valentino menderita insomnia. Hampir tiap malam dia tak bisa tidur. Nah, beberapa hari terakhir dia bisa tidur di malam hari, dan dia pun sangat bersyukur. Tetapi, kemudian, Valentino curiga kalau dirinya telah berjalan selama tidur. Bahasa kerennya, “sleepwalker”, gitu.

Ini berbahaya, pikirnya kemudian. Kalau seseorang berjalan dalam tidur, bisa-bisa dia melakukan hal-hal yang berbahaya, dan Valentino khawatir. Maka, dengan gelisah, Valentino pun menemui Abigail untuk curhat, siapa tahu sohibnya itu punya solusi yang bagus untuk mengatasi kehawatirannya.

Setelah mendengar curhat Valentino, Abigail mengangguk-angguk tanda mengerti. Yeah, memang sungguh berbahaya kalau orang jalan-jalan tanpa sadar gitu. Maka, sebagai sohib yang baik, Abigail pun merasa perlu menolong Valentino. Ia lalu mengambil sebuah kotak kecil dari dalam lemari di kamarnya.

“Kotak ini akan membantu menyelesaikan masalahmu, fel,” kata Abigail serius. “Setiap malam, saat kamu akan tidur, bukalah kotak ini dan taburkan isinya ke lantai kamarmu.”

“Wah, kotak apa ini, folk?” tanya Valentino penuh minat. “Apa ini sejenis serbuk penenang, gitu?”

“Bukan,” jawab Abigail, “itu kotak paku payung.”

***

Di ujung komplek perumahan tempat tinggal Abigail, ada seorang dokter tua yang berpraktek sebagai dokter gigi, bernama Dokter Suaidi. Beberapa minggu yang lalu, dokter ini libur karena sakit pikun, begitu kabarnya, dan sekarang mulai membuka praktek lagi setelah merasa sembuh.

Nah, kepada Dokter Suaidi itulah Abigail datang ketika merasakan giginya sakit tidak karuan selama dua hari.

Saat memasuki ruang praktek dokter itu, Abigail segera menjelaskan sakit giginya. Dokter Suaidi manggut-manggut, lalu meminta Abigail untuk melepas semua pakaiannya, dan menyuruhnya masuk ke dalam ruang periksa.

“Tapi saya ini sakit gigi, Dok,” kata Abigail mencoba menjelaskan, “kenapa pakaian saya harus dilepas?”

“Dilepas saja pakaiannya, terus masuk ke ruang periksa!” titah Dokter Suaidi.

Akhirnya, dengan terheran-heran, Abigail pun menuruti melepas pakaiannya dan memasuki ruang periksa.

Rupanya, di dalam ruang periksa itu sudah ada cowok lain yang juga telah melepas pakaiannya dan sedang menunggu. Abigail curhat sama cowok itu di ruang periksa.

“Saya heran,” kata Abigail pada cowok itu, “saya ke sini buat memeriksakan gigi, tapi saya kok disuruh lepas pakaian seperti ini.”

Si cowok di ruang periksa itu menyahut, “Situ sih masih lumayan. Saya ke sini cuma mau ngantar koran!”

***

Jonah dan Abigail sangat suka memancing. Siang itu, di bawah pepohonan rindang, kedua cowok tersebut duduk di pinggir sungai, sambil memancing.

Di pinggiran sungai itu, Jonah dan Abigail duduk diam sambil menatap aliran sungai yang tampak jernih mengalir...

“Kamu tahu, Jo,” kata Abigail pada Jonah yang duduk di sebelahnya, “hidup ini seperti air yang mengalir...”

“Bagaimana bisa hidup ini seperti air, Big?” tanya Jonah.

“Ya mana aku tahu! Aku kan bukan filsuf...!”

***

Ketika Jonah dan Abigail sedang memancing, Valentino baru saja masuk ke sebuah rumah makan untuk makan siang. Dilihat dari tampangnya, cowok itu sepertinya sedang kelaparan.

“Pesan apa, Mas?” sapa seorang pelayan saat melihat Valentino duduk di salah satu kursi.

Karena sedang kelaparan, Valentino pun segera bertanya penuh nafsu, “Bebek, ada?”

“Ada, Mas.”

“Ayam...?”

“Ayam juga ada.”

“Kambing?”

“Ada, Mas.”

“Burung, ada?”

“Hmm... ada.”

“Kerbau, ada?”

“Ada, Mas!”

“Suruh semuanya keluar dulu! Saya mau makan biar tenang!”

***

Sebuah museum membuka acara spesial, berupa pameran mumi-mumi tua dari Mesir. Karena penasaran dengan acara itu, Valentino pun mengajak Abigail untuk mengunjungi pameran tersebut.

Di salah satu bagian museum, Valentino dan Abigail berdiri di depan sebuah peti mumi tua. Mereka menyaksikan jasad sang mumi melalui kaca di atasnya. Di peti kaca itu terdapat sebuah kartu berukuran cukup besar, bertuliskan 2573 SM.

“Folk,” kata Valentino sambil memperhatikan kartu itu, “menurutmu, apa arti tulisan 2573 SM itu?”

“Mana aku tahu, fel,” sahut Abigail. “Mungkin itu nomor plat mobil yang menabraknya!”

***

Jonah masuk ke sebuah tempat praktek dokter yang terkenal, untuk mengkonsultasikan masalahnya. Di ruang tunggu tampak banyak orang yang tengah menantikan giliran dipanggil. Dengan langkah gontai, Jonah menemui seorang resepsionis cantik yang bertugas di situ.

“Apa keluhan Anda?” tanya si resepsionis pada Jonah.

Dengan blak-blakan, Jonah menjawab, “Ada yang tidak beres dengan penis saya, Mbak.”

Mendengar jawaban blak-blakan yang cukup keras diucapkan itu membuat si resepsionis jadi risih dan malu dengan orang-orang yang ada di ruang tunggu. Karenanya, sambil berbisik ia berkata pada Jonah, “Anda tidak boleh mengucapkan hal semacam itu secara blak-blakan di depan banyak orang seperti ini...”

“Lho, apa salahnya?” protes Jonah. “Anda kan menanyakan apa masalah saya, dan saya menjawab apa masalah saya. Kenapa kok saya salah...?”

Si resepsionis mencoba tersenyum dan menjelaskan, “Ng... begini, kami biasanya tidak menggunakan kata-kata semacam itu di sini.” Setelah melihat Jonah sepertinya memahami maksudnya, si resepsionis melanjutkan, “Nah, sekarang Anda keluar dulu, nanti balik lagi. Dan kalau saya tanya apa keluhan Anda, jawab saja telinga Anda yang bermasalah.”

Karena tidak ingin ribut, Jonah pun patuh. Ia keluar dari ruang itu beberapa saat, kemudian masuk lagi menemui si resepsionis.

Si resepsionis tersenyum, dan dengan sopan menanyakan kembali, “Apa keluhan Anda?”

Kali ini, dengan suara yang lebih keras biar terdengar oleh semua orang yang di sana, Jonah menjawab, “Ada yang tidak beres dengan telinga saya.”

“Ya? Kenapa telinga Anda?”

“Telinga saya tidak bisa kencing!”

 
;