Rabu, 07 September 2011

Pilihan Midas

Tuhan telah memberikan suatu kekuatan kepada kita, kekuatan yang begitu besar sehingga para malaikat pun tidak memilikinya.

Manusia diberi kekuatan untuk memilih. Inilah salah satu hal yang membuat manusia lebih istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Tetapi anugerah keistimewaan ini juga mengandung risiko, mengandung konsekuensi, karena apabila tidak bijak menggunakannya, kita justru akan terperosok dalam pilihan kita sendiri.

Dongeng Yunani Kuno mengisahkan tentang Raja Midas yang oleh Dewa Dionysus dianugerahi kebebasan untuk memilih hadiah apa pun yang diinginkannya. Tetapi dia hanya bisa meminta satu kali. Tanpa ragu sedikit pun, Raja Midas menjawab, “Aku ingin segala yang kusentuh menjadi emas.”

Dewa Dionysus pun mengabulkan keinginannya. Maka batu dan daun-daun yang dipungut Raja Midas pun menjadi emas. Tanah yang digenggamnya berubah menjadi emas.

“Aku sekarang menjadi orang terkaya dan paling bahagia di dunia ini!” Ia berseru kegirangan. Bahkan ia pun kemudian mengadakan pesta besar untuk merayakan kebahagiaannya itu. Tapi susahnya, makanan dan minuman yang disentuhnya berubah menjadi emas, bahkan putrinya sendiri yang ia sentuh juga menjadi patung emas.

Jika masih diizinkan untuk kembali memilih, masih mungkinkah Raja Midas tetap memilih keinginannya semula...?

Ada kalanya—dan sering kali—hidup menawarkan pilihan yang hanya sekali. Dan, ada kalanya pula, kita salah dalam memilih sehingga kebahagiaan yang kita cari ternyata berakhir dengan penyesalan tak kunjung usai.

Kita punya kekuatan untuk memilih tersenyum atau menangis, kita punya kekuatan untuk memilih tumbuh atau membusuk, untuk gigih atau menyerah, untuk memberi atau mencuri, untuk bertindak atau menunda, untuk menyembuhkan atau melukai, untuk hidup atau untuk mati. Kekuatan untuk memilih adalah kekuatan yang terbesar, dan pilihan selalu ada di tangan kita. Karena itu, marilah bijaksana dalam menggunakannya.

 
;