Selasa, 01 Mei 2012

Pembodohan Massal Bernama Isu Pemanasan Global (10)

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kerancuan, sebaiknya jangan baca catatan ini sebelum membaca catatan sebelumnya.

***

Pada April 2009, misalnya, media-media di dunia melaporkan terjadinya anomali di Antartika. Anomali yang dimaksud adalah bertambahnya es di Antartika seluas sekitar 100.000 kilometer persegi, dan hal itu terjadi setiap dekade dalam 40 tahun terakhir ini. Jika kita bertanya pada ilmuwan mana pun yang jujur, hampir dapat dipastikan tidak akan ada yang membantah kalau es di Antartika memang bertambah luas.

Nah, ketika media-media di dunia memberitakan anomali di atas yang menyatakan dengan gamblang bahwa es di Antartika meluas dan bukannya menyusut, para ilmuwan di AGW kemudian mengeluarkan kesimpulan yang radikal namun konyol. Menurut mereka, es di Antartika bertambah luas karena lubang ozon telah membuat angin di permukaan Antartika lebih kuat, dan menciptakan badai di samudera bagian selatan.

Mereka menyatakan bahwa jika lubang ozon telah tertutup kembali, maka es di Antartika akan kembali mencair. Asal kalian tahu, para ilmuwan di seluruh dunia sampai guling-guling ketika mendengar kesimpulan yang aneh itu. Karena, “jika lubang ozon telah tertutup kembali” sebagaimana yang mereka katakan itu seharusnya hanya dikatakan bocah TK yang baru belajar fisika.


Es di Kutub Utara (Arktik) menyusut

Setali tiga uang dengan hal di atas, para pendukung isu pemanasan global menyatakan bahwa es di Kutub Utara juga akan menyusut dan hilang akibat memanasnya bumi. Sekali lagi, benarkah teori itu?

Melalui film dokumenter berjudul “An Inconvenient Truth”, kita diberitahu tentang lenyapnya gumpalan-gumpalan es di kutub, dan manusia menjadi oknum sekaligus kambing hitam atas menyusutnya es di sana, yang kemudian mengakibatkan meningkatnya suhu bumi dan lahirnya berbagai bencana alam.

Meski film itu mendapatkan Oscar, tetapi para ahli yang bereputasi tinggi menolak serta menertawakan “dokumentasinya”. Tidak kurang Edwin Aldrin (yang dulu menemani Neil Amstrong cangkruk di Bulan) menolak teori dalam film dokumenter tersebut. Yang paling konyol, ABC News berhasil membuktikan bahwa salah satu cuplikan dalam film (yang disebut) dokumenter itu ternyata adalah potongan film “The Day After Tomorrow”.

Film “lucu” itu dirilis pada tahun 2006, oleh—yeah, kalian tahu—Al Gore, yang menjadi salah satu dedengkot pendukung isu pemanasan global. Al Gore menyatakan bahwa karena ulah manusialah maka bumi ini rusak, yang salah satunya terwujud dalam bentuk melelehnya es di kutub. Maka Al Gore meminta umat manusia agar mengurangi konsumsi listrik, menghemat energi, dan menekan produksi karbondioksida. Sebuah himbauan yang terdengar hebat!

Tetapi, ironisnya, Al Gore tidak mampu melaksanakan perintahnya sendiri. Orang ini memiliki rumah di wilayah Nashville, seluas 10.000 kaki persegi yang memiliki 20 kamar tidur dan 8 kamar mandi. Sementara dia bengok-bengok meminta orang lain menghemat energi, dia sendiri menghambur-hamburkan 221.000 kilowatt jam pada tahun 2006 untuk rumah mewahnya. Sebagai perbandingan, rata-rata penggunaan listrik untuk satu rumah tangga di Amerika pada tahun itu adalah 10.656 kilowatt jam.

Lanjut ke sini.

 
;