Selasa, 01 Mei 2012

Pembodohan Massal Bernama Isu Pemanasan Global (4)

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kerancuan, sebaiknya jangan baca catatan ini sebelum membaca catatan sebelumnya.

***

Ada banyak pihak yang bermain dalam pengguliran isu tersebut—birokrat, ilmuwan, kapitalis, dan pihak-pihak lain yang menginginkan keuntungan dari isu itu. Isu yang digulirkan pada tahun 1988 itu sebenarnya telah dirancang jauh-jauh hari, dan berkaitan dengan dibentuknya IPCC oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change—Panel Perubahan Iklim Antarpemerintah) adalah badan organisasi besar beranggotakan para birokrat, dan sejumlah ilmuwan yang bekerja di bawah ketiak segelintir birokrat. Organisasi atau badan itu dibentuk oleh PBB pada akhir tahun 1980-an, dengan tujuan untuk melakukan pemetaan dan pelacakan hasil-hasil riset mengenai iklim serta buletin-buletin laporan yang diterbitkan setiap beberapa tahun sekali.

IPCC kemudian terbukti menjadi organisasi keilmuan yang bergelimang skandal dan kebohongan. Pada tahun 1990, berbagai laporan yang dikumpulkan IPCC menunjukkan bahwa mayoritas ilmuwan menyatakan sulitnya mendeteksi pengaruh manusia terhadap iklim, meski banyak pihak meyakini keduanya memiliki keterkaitan. Seharusnya, IPCC menyampaikan hal itu secara jujur kepada PBB, karena memang untuk tujuan itulah mereka dibentuk.

Tetapi tidak. Alih-alih menyampaikan laporan apa adanya, IPCC justru melakukan sesuatu yang amat fatal sekaligus memalukan. Pada tahun 1995, IPCC mengadakan sidang dengan para ilmuwan dari seluruh dunia, yang menghasilkan kesimpulan tetap bahwa mereka sulit mendeteksi pengaruh manusia terhadap iklim. Waktu itu para ilmuwan yang hadir dalam sidang tersebut dengan tegas menyatakan, “Kami tidak tahu.”

Maka laporan mengenai hal itu kemudian ditulis. Berkas dokumen itu pun menyatakan bahwa para ilmuwan tidak dapat mendeteksi pengaruh manusia terhadap iklim. Tetapi, ketika para ilmuwan yang ikut dalam sidang itu telah pulang semua, IPCC menghapus dan mengubah isi laporan tersebut dengan menyatakan bahwa mereka telah menemukan bukti-bukti pengaruh nyata manusia terhadap iklim. Itu merupakan penyelewengan besar sekaligus skandal pertama yang dilakukan IPCC.

Dalam ringkasan laporannya kepada PBB, IPCC menyatakan dengan mantap bahwa mereka telah menemukan bukti-bukti pengaruh nyata manusia terhadap perubahan iklim, yang dibuktikan dengan berkas laporan di atas yang mereka klaim sebagai kesimpulan para ilmuwan yang ikut bersidang.

Hasilnya adalah sebuah skandal besar dalam dunia ilmu pengetahuan. Perubahan isi dokumen yang dilakukan IPCC seenaknya sendiri itu kemudian memicu konflik antar ilmuwan, dan konflik itu benar-benar panas. Pada waktu itu, para ilmuwan yang pro dan kontra saling berhadapan—dalam arti sebenarnya. Mereka bertengkar, saling ribut, dan masyarakat yang kebetulan menonton televisi atau membaca berita mengenai hal itu dibingungkan untuk menilai mana yang benar dan mana yang salah.

Tetapi IPCC tidak berhenti membuat skandal. Setelah memanipulasi dan menyelewengkan laporan ilmiah di atas, mereka tidak berhenti melakukan kebohongan lain, hingga akhirnya banyak pihak menyadari bahwa mereka sesungguhnya bukan lembaga ilmiah, melainkan organisasi politik.

Pada tahun 1998, James Hansen mengadakan konferensi pers dan menyampaikan kesaksiannya, serta menyatakan bahwa pemanasan global semakin parah. Dia juga meramalkan bahwa suhu bumi akan naik 0,35 derajat Celcius dalam waktu sepuluh tahun mendatang (2008).

Kita tahu apa yang terjadi, dan kita sama-sama tahu bahwa ramalan Hansen di atas hanya omong kosong. Faktanya, ramalan itu bahkan meleset tiga ratus persen, karena kenaikan suhu bumi ternyata hanya .11 derajat Celcius.

Konyolnya, pada 2008—ketika mendapati ramalannya ternyata jauh dari akurat—Hansen dengan seenaknya sendiri menyatakan bahwa mekanisme yang mengatur perubahan iklim belum dapat sepenuhnya dipahami, sehingga mustahil bisa dibuat prediksi untuk jangka panjang. (Jadi kenapa dulu berkoar-koar seolah merasa dirinya Tuhan?).

Lanjut ke sini.

 
;