Sabtu, 09 Juni 2012

Seperti Intan, seperti Mutiara (1)

Kita semua memiliki mutiara.
Namun kadang tak tahu di mana tempatnya
Noffret


Baru-baru ini kita dihebohkan berita seorang cewek yang mengeluarkan air mata berbentuk kristal mirip intan atau mutiara. Munculnya air mata kristal itu, konon, sudah terjadi sejak setahun lalu. Kepada siapa pun, cewek ajaib itu menantang, “Kalau ada orang yang tidak percaya, terserah saja!” Dan cewek itu benar-benar mengeluarkan butiran-butiran kristal dari matanya, bahkan hingga seratus butir lebih.

Berdasarkan penuturannya sendiri, ia menangis dan mengeluarkan kristal-kristal itu, jika sedang bahagia, sedang sedih, sedang kesal atau marah. Cewek 19 tahun asal Sumedang itu mungkin keturunan Putri Duyung, sehingga dapat mewujudkan keajaiban tak masuk akal tersebut.

Nyatanya memang tak masuk akal, karena akhirnya terbukti itu cuma akal-akalan. Butir-butir kristal yang diklaim sebagai butir air mata itu semuanya imitasi, dan si cewek pembuat heboh itu dapat mengeluarkan butiran kristal dari matanya dengan trik sederhana—menyelipkannya di balik kelopak mata.

Sebelum kebohongan itu terbongkar, banyak orang berspekulasi dan mengajukan pendapatnya—dari yang paling logis sampai yang paling sinting. Sebagian orang menyatakan bahwa itu pertanda gaib akan datangnya bencana, sementara yang lain berseru, “Itulah bukti kebesaran Tuhan!”

Akhirnya terbukti semuanya sia-sia, dan sekarang semua komentar itu terdengar konyol. Bukan pertanda apa pun, juga bukan bukti kebesaran siapa pun, karena—seperti yang disebutkan di atas—butiran-butiran kristal itu palsu, air mata mutiara itu hanya trik sulap, semua kehebohan itu hanya kebohongan. Satu lagi kisah manusia, dan sudah saatnya kita kembali belajar tentang manusia.

Sebenarnya, secara medis, manusia memang dapat mengeluarkan air mata kristal. Ada tiga kasus medis yang dapat menyebabkan hal itu, dan ketiganya disebut cystinosis, dacryolith, dan conjunctival lithiasis.

Yang pertama, cystinosis, disebabkan kelainan metabolisme dan penyakit genetik. Akibat kelainan itu, terjadi penumpukan kristal—yang berasal dari penumpukan asam amino cysteine dari berbagai organ tubuh—pada kornea conjunctiva (garis dan permukaan mata).

Pengidap cystinosis dapat mengeluarkan butiran-butiran kristal dari matanya, namun ukurannya sangat kecil, sehingga pengidap masalah ini sering kali merasa matanya kemasukan pasir. Kasus terakhir yang sempat terekam atas masalah medis ini adalah kasus yang menimpa Judie Smith, seorang wanita asal Boston, Inggris, yang mengeluarkan kristal-kristal bening seukuran pasir dari matanya.

Yang kedua, dacryolith, adalah kelainan karena keberadaan batu pada saluran pengeluaran air mata, sehingga menimbulkan benjolan di kulit wajah, di bawah kelopak mata. Ketika dikeluarkan, batu-batu kristal itu berwarna kekuningan dan tidak beraturan bentuk serta ukurannya.

Sedang yang ketiga, conjunctival lithiasis, adalah munculnya kristal putih pada selaput lendir mata. Biasanya berupa benjolan berwarna kekuningan di bagian dalam kelopak mata, dan umumnya disebabkan penyakit radang mata yang telah lama serta kronis. Jika dikeluarkan, kristal itu berukuran sekitar 3 milimeter, berwarna kusam kekuningan.

Pada tahun 1996, di Lebanon ada seorang cewek berusia 12 tahun bernama Hasnah Mohammed. Cewek itu mengeluarkan butiran-butiran kristal dari matanya, dan menggemparkan dunia kedokteran. Pasalnya, butiran-butiran kristal itu sama sekali tidak seperti butiran kristal seperti yang layaknya terjadi pada ketiga kasus di atas. Sampai kemudian terbukti bahwa “air mata kristal” itu hanya rekayasa.

Kisah cewek Lebanon itulah yang mungkin “mengilhami” cewek Sumedang di atas untuk melakukan hal yang sama. Dan, seperti yang terjadi di Lebanon, Indonesia pun gempar akibat kemunculannya. Berdasarkan berita-berita yang saya baca, cewek itu “sungguh-sungguh” dalam aktingnya. Ia bahkan dengan meyakinkan bercerita tentang bagaimana proses keajaiban itu sampai terjadi pada dirinya, yang menurutnya berawal dan berasal dari mimpi. Sebuah kisah yang hebat, dan fantastis.

Ketika akhirnya kebohongannya terkuak, dan para dokter membuktikan semua ulahnya hanya rekayasa, saya benar-benar tak tahu lagi bagaimana kabarnya.

Lanjut ke sini.

 
;