Selasa, 10 Juli 2012

Definisi Tradisi

Seperti roti dan cinta, bahasa digunakan bersama-sama
dengan yang lain. Dan umat manusia berbagi tradisi.
—Carlos Fuentes


Gadis itu baru berusia 10 tahun. Perutnya membuncit, karena ada sesosok bayi di dalamnya, dan kehamilan itu telah berusia 39 minggu. Dengan tubuh berkeringat, ia melangkah tertatih sendirian menuju rumah sakit karena mengalami perdarahan dan nyeri hebat akibat kontraksi.

Gadis itu baru berusia 10 tahun. Cukup mengejutkan menyaksikan gadis sekecil itu hamil. Yang lebih mengejutkan, baru hari itulah ia datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Sejak hamil, baru saat itulah ia datang ke rumah sakit—itu pun karena keluhan rasa nyeri dan perdarahan.

Setelah yakin kondisi fisik gadis itu cukup baik, para dokter di rumah sakit itu pun memutuskan untuk melakukan operasi caesar. Jadi begitulah, gadis berusia 10 tahun itu berjuang sendirian melahirkan anaknya, tanpa orangtua, tanpa didampingi suami atau pacarnya yang entah siapa dan di mana.

Si bayi terlahir dengan selamat, meski tanpa melalui persalinan normal, dan berjenis kelamin perempuan. Kelak, si bayi hanya selisih usia 10 tahun dengan ibunya. Berdasarkan kasak-kusuk masyarakat di sana, lelaki yang menjadi ayah bayi itu masih berusia 15-an tahun.

Kisah di atas mungkin terdengar luar biasa bagi kita, tetapi tidak bagi sebagian warga Kolombia. Di wilayah La Guajira Peninsula, yang terletak di bagian utara Kolombia, ada sebuah koloni masyarakat bernama suku Wayuu, yang merupakan penduduk asli Kolombia. Masyarakat suku itu mendiami beberapa kota yang ada di sana, termasuk kota Manaure, dan gadis yang diceritakan di atas juga berasal dari sana.

Bagi masyarakat suku Wayuu, setiap orang dibebaskan menjalankan tradisi leluhur, yang salah satunya adalah menikah dalam usia (sangat) muda, dan melahirkan di usia (sangat) muda pula. Pemerintah Kolombia memberikan hak otonomi bagi masyarakat suku tersebut, juga menghormati tradisinya, sehingga siapa pun—termasuk para aparat—tidak bisa menindak atau menghalang-halangi siapa pun anggota di sana yang ingin kawin dan hamil meski usianya masih sangat muda. Contohnya gadis 10 tahun di atas.

Efrain Pacheco Casadiego, direktur rumah sakit yang merawat gadis itu, membenarkan bahwa kasus semacam itu sering dijumpai di kalangan suku Wayuu. Jadi, bagi sebagian orang Kolombia, menyaksikan bocah perempuan hamil bukan hal luar biasa. Anak-anak yang sudah punya anak-anak adalah pemandangan biasa di sana. So, kota Manaure di Kolombia termasuk tempat yang menghasilkan ibu-ibu paling muda di dunia.

Sebenarnya, kawin dan hamil dalam usia berapa pun adalah hak masing-masing orang, terlepas apakah itu tradisi atau bukan tradisi. Tetapi, urusan kawin—khususnya lagi yang diikuti hamil—membawa konsekuensi yang tidak ringan bagi pelakunya. Kehamilan di bawah umur, semisal masih 10 tahun seperti kasus di atas, tidak jarang berakhir dengan hal-hal tak diinginkan, yang paling gawat adalah kematian.

Sekarang, sambil menulis catatan ini, saya berusaha sekuat tenaga untuk dapat memahami makna dan definisi tradisi, meski mungkin saya masih membutuhkan waktu lebih lama lagi.

 
;