Rabu, 01 Agustus 2012

Ngomongin Hantu (2)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Gelombang infrasonik adalah frekuensi gelombang sangat rendah, antara 0,1-20 Hz. Sebegitu rendahnya gelombang suara infrasonik, hingga manusia tidak akan dapat mendengarnya. Namun, meski kita tidak dapat mendengarnya, tapi ternyata kita tetap bisa “merasakannya”. Bahkan sebagian orang dapat digolongkan hipersensitif (sangat peka) terhadap frekuensi rendah ini.

Infrasonik dapat menyebabkan berbagai efek yang aneh, termasuk di antaranya mual, ketakutan atau kekaguman yang ekstrim, kecemasan, dan merinding. Para ilmuwan juga percaya infrasonik dapat mempengaruhi penglihatan seseorang dengan menyebabkan getaran pada bola mata. Getaran itu dapat menyebabkan kita seolah-olah “melihat sesuatu”. Penampakan, sebagaimana yang biasa diceritakan orang-orang, kemungkinan besar berasal dari situ.

Gelombang infrasonik dapat terjadi karena berbagai macam fenomena yang berbeda, seperti badai, angin musim, pola cuaca, dan beberapa jenis gempa bumi. Hewan seperti gajah juga diketahui menggunakan infrasonik untuk berkomunikasi melalui jarak jauh, atau sebagai pertahanan terhadap ancaman, melalui injakan kaki mereka pada bumi. Ketika seekor gajah sengaja menginjakkan kaki ke bumi untuk “berkomunikasi” dengan sesamanya, gajah yang jauhnya berkilo-kilo meter dapat memahami maksud “komunikasi” itu karena efek infrasonik, meski kita—manusia—tidak mendengar apalagi memahaminya.

Nah, ceritanya, Vic Tandy sedang meneliti sesuatu di sebuah laboratorium. Selama bekerja di laboratorium, rekan sekerjanya sering mengeluh akibat perasaannya yang terus-menerus tidak enak. Sebenarnya, ruang laboratorium itu tidak seram, bahkan bersih dan steril seperti umumnya laboratorium lain. Namun, si rekan kerja terus-menerus merasa merinding, menganggap tempat itu menyeramkan, dan dia merasa ngeri.

Ternyata, yang merasakan perasaan ngeri semacam itu bukan hanya rekan kerja Vic Tandy. Petugas kebersihan di sana bahkan sampai mengundurkan diri karena tidak tahan merasakan perasaan merindingnya selama bekerja di laboratorium. Si petugas kebersihan itu menyatakan telah “melihat sesuatu” di sana, dan ia benar-benar ketakutan.

Sampai kemudian, suatu malam, Vic Tandy bekerja di laboratorium itu sendirian. Seperti umumnya ilmuwan, dia lupa waktu karena keasyikan bekerja. Lewat tengah malam, tiba-tiba ia merasa sedang diawasi. Dia duduk diam, agak ketakutan, dan dengan kaku mencoba melirik melalui sudut matanya. Tepat seperti yang ia bayangkan, sesosok bayangan tampak di sudut penglihatannya. Ketika ia memberanikan diri menengok, sosok itu menghilang.

(Anjrit! Saya menulis catatan ini jam dua pagi, dan sekarang saya merinding!).

Dasar ilmuwan, Vic Tandy tidak kapok dengan “penampakan” itu. Besok malamnya, dia kembali bekerja sendirian sampai larut malam di laboratorium. Tapi kali ini ia membawa sebilah pedang anggar untuk “jaga-jaga”. Lewat tengah malam, perasaan “merinding” seperti sebelumnya kembali terjadi, dan Vic Tandy segera mengambil anggar yang disiapkannya. Di luar dugaan, anggar itu bergetar dengan liar.

Meski agak ketakutan, Vic Tandy tahu getaran pada anggar di tangannya tidak terjadi karena ia gemetar. Pedang anggar itu benar-benar bergetar dengan liar, seolah ada kekuatan tak kasatmata yang menggerakkannya.

Karena penasaran, Tandy kemudian membawa pedang anggar itu mengelilingi ruangan. Anggar di tangannya terus bergetar tak terkendali. Tepat di tengah-tengah laboratorium, getaran anggar itu semakin liar. Tandy tengak-tengok, tapi tak melihat apa pun. Ia kembali berkeliling, mungkin sambil misuh-misuh. Ketika ia sampai di salah satu ujung ruang laboratorium, tiba-tiba pedang anggar itu berhenti bergetar, dan benar-benar diam.

Dengan perasaan sangat penasaran, Tandy membongkar bagian ujung ruangan laboratorium, dan mendapati sebuah kipas angin besar yang belum lama dipasang di sana. Dia pun segera menepuk jidat. Sebelumnya, laboratorium itu menggunakan AC (air conditioner). Tapi karena beberapa ilmuwan sering merokok di sana, AC itu kemudian diganti kipas angin besar yang diletakkan di sudut ruangan. Meski tak terlihat, keberadaannya mampu memberikan efek sejuk seperti AC.

Lanjut ke sini.

 
;