Jumat, 02 November 2012

Tangis Tak Terdengar (1)

Sungguh mudah mengubah senyum menjadi murung,
mengubah tawa menjadi tangis.
Sayangnya, tak mudah pula membalikkannya.
@noffret


Pepatah lama menyatakan, “Tidak ada orang tua yang ingin menyengsarakan anak-anaknya.” Coba katakan itu pada Naila Afsar, Ilham Mahdi al-Assi, atau Fatima Sheriff.

Naila Afsar adalah gadis berusia 23 tahun yang tinggal di Bradford, Inggris, anak bungsu dari 8 bersaudara. Ia menjalin hubungan kasih dengan Afsar Saddiq. Tapi hubungan itu tak direstui keluarganya. Ibunya, Shamim Akhtar, menjodohkan Naila Afsar dengan sepupunya sendiri, yang dianggap lebih layak, demi membangun citra keluarga.

Keinginan Shamim Akhtar untuk menjodohkan Naila Afsar dengan sepupunya yang kaya didukung penuh oleh anggota keluarga yang lain, khususnya sang kakak, Shamrez Khan (34 tahun), dan menantunya, Zahid Mahmood (37 tahun). Ayah Naila Afsar sudah meninggal dunia, dan Shamrez Khan—anak sulung lelaki—menjadi semacam kepala keluarga.

Tapi Naila Afsar menolak keinginan perjodohan yang dirancang keluarganya. Ketika mereka semakin memaksa, Naila Afsar memutuskan untuk kabur dari rumah. Ia pergi ke Newcastle, dan di sana ia menikah dengan kekasihnya, Afsar Saddiq.

Keluarga Naila Afsar pun mencari-cari gadis itu, sampai kemudian mereka menemukan tempat tinggalnya di Newcastle. Shamim Akhtar dan Shamrez Khan memantau kehidupan Naila Afsar. Ketika suami Naila Afsar sedang keluar, mereka mendatangi apartemennya, dan memaksa perempuan itu untuk menuruti keinginan keluarga—menceraikan suaminya, dan menikah dengan sepupunya.

Untuk kesekian kali, Naila Afsar menolak keinginan keluarganya. Penolakan itu disambut tamparan sang kakak lelaki, yang menganggapnya telah mencoreng kehormatan keluarga. Belum cukup, ibu dan anak lelaki itu kemudian menyeret Naila Afsar ke dalam mobil, lalu memaksanya minum susu yang telah dicampur narkoba. Rencananya, setelah perempuan itu tidak sadar, ia akan dipaksa menandatangani surat perceraian, untuk kemudian dinikahkan dengan sepupunya.

Shamrez Khan memaksakan gelas susu bercampur narkoba itu ke mulut Naila Afsar, di bawah tatapan bengis sang ibu. Setelah Naila Afsar mabuk karena meminum susu bercampur narkoba, Shamrez Khan memacu mobil menuju Bradford. Tetapi takdir berkehendak lain. Seorang polisi yang sedang berpatroli mencurigai mobil itu, kemudian menghentikannya... dan terbongkarlah perbuatan itu.

Kasus itu kemudian sampai di Pengadilan Burnley, dan vonisnya dijatuhkan pada 28 Juli 2012. Dalam persidangan terungkap rencana penculikan yang melibatkan narkoba itu dirancang oleh sang ibu, kakak lelaki, dan menantunya. Shamim Akhtar (sang ibu) akhirnya divonis 4 tahun penjara, Shamrez Khan (anak lelaki) divonis 5 tahun penjara, sedang Zahid Mahmood (menantu) mendapatkan ganjaran 4 tahun penjara.

Hakim Simon Newell, yang memimpin persidangan, berkata dengan keras kepada Shamim Akhtar, “Dia anak Anda yang paling bungsu, dan Anda seharusnya merawatnya, mendukungnya, dan memberikan yang terbaik untuknya. Tapi Anda justru memaksakan kehendak kepadanya, memberinya narkoba dan menganiayanya, demi nama baik keluarga.”

Lanjut ke sini.

 
;