Kamis, 20 Desember 2012

10 Buku Terbaik yang Saya Baca Sepanjang 2012

Yang aneh dari buku hebat... ia jarang dikenal.
@noffret


Kita perlu bersyukur, karena kiamat tak terjadi pada tahun ini sebagaimana yang digembar-gemborkan segelintir bocah kurang kerjaan di Hollywood. Karena kiamat tak terjadi, dan kita masih diberi kesempatan hidup, kita pun masih dapat melakukan hal-hal menyenangkan di muka bumi, yang salah satunya membaca buku.

Ada cukup banyak buku bagus yang saya baca tahun ini—fiksi maupun nonfiksi—dan saya patut gembira karena tahun ini jumlah buku yang saya baca mengalami kenaikan. Jika tahun kemarin saya hanya mengkhatamkan 92 judul buku, tahun ini agak meningkat, menjadi 114 judul buku. Ini memang wujud “balas dendam” saya pada tahun kemarin yang mengalami penurunan dalam jumlah bacaan. Semoga tahun depan saya bisa lebih meningkatkannya lagi.

Well, seperti tahun kemarin, saya ingin kembali berbagi pengalaman atas buku-buku terbaik yang saya baca sepanjang tahun ini, siapa tahu bisa menjadi wawasan teman-teman yang ingin menemukan buku “tak dikenal namun mengagumkan”. Daftar berikut tidak saya maksudkan sebagai rekomendasi, namun sebagai apresiasi saya—yang tentu bisa subjektif—atas buku-buku yang saya anggap bagus.

Berikut ini—saya tulis secara alfabetis berdasarkan nama penulisnya—10 buku yang saya anggap terbaik dari 114 buku yang saya baca sepanjang 2012. Silakan disimak.


Charles Dickens: A Christmas Carol

Mencari buku ini, bagi saya, seperti melakukan perburuan harta karun. Saya sudah tahu kehebatan A Christmas Carol sejak bertahun-tahun lalu, dari ulasan-ulasan yang pernah saya baca, bahkan dari film produksi Disney yang mengangkat novel ini menjadi film menawan. Tetapi saya belum pernah membaca novelnya sama sekali. Karenanya, saya pun sampai keluyuran kesana kemari demi bisa mendapatkannya.

Setelah menemukannya, semua upaya yang saya lakukan dalam pencarian rasanya terbayar lunas. A Christmas Carol sangat sederhana, tapi sangat dalam dan mempesona. Tak heran, jika novel yang terbit pada 1843 ini disebut sebagai karya terbesar Charles Dickens. Meski sudah terbit lebih dari 1,5 abad yang lalu, novel ini masih relevan bersama waktu.

(Catatan: A Christmas Carol telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, namun penerjemahan dan editingnya tak bisa dibilang bagus. So, kalau ingin membaca novel ini, sebaiknya carilah yang edisi bahasa Inggris).


Ernest Jones: Dunia Freud

Bagi yang rutin membaca tulisan saya di blog, pasti tahu salah satu nama yang sering saya sebut. Ya, Sigmund Freud. Saya memang banyak mengadopsi pemikiran Freud dalam catatan-catatan saya, khususnya yang berhubungan dengan psikologi manusia. Kita sama-sama sepakat, Freud adalah pemikir besar, khususnya dalam bidang psikoanalisa.

Buku ini, yang merupakan terjemahan The Life and Work of Sigmund Freud, adalah biografi Freud yang tergolong lengkap. Isinya mencakup masa kanak-kanak Freud, hingga ia kuliah, menikah, pergolakan batin dan pemikiran-pemikirannya, sampai masa-masa keemasannya ketika melahirkan karyanya yang terbesar, The Interpretation of Dream.

Tidak sedikit orang yang sinis terhadap Freud. Bahkan ada yang cukup nekat memburuk-burukkan nama Freud dengan setumpuk tuduhan mengerikan. Tetapi, penilaian parsial kepada Freud benar-benar tak pernah adil jika kita tidak mengetahui latar belakang hidup Freud secara utuh. Di buku ini, kita akan menyaksikan Sigmund Freud bukan hanya tokoh besar dan pemikir yang gelisah. Ia juga pribadi yang rendah hati.


Friedrich Nietzsche: Zarathustra

Pertama kali mengenal Zarathustra, ketika saya kelas 2 SMA, bertahun-tahun lalu. Waktu itu, tanpa sengaja, saya menemukan sebuah buku yang luar biasa tebal di perpustakaan sekolah, dengan judul dan nama penulis yang aneh. Karena penasaran, saya pun meminjamnya, dan membacanya. Itulah kali pertama saya mengenal nama Friedrich Nietzsche, dan kali pertama saya membaca Zarathustra edisi lengkap.

Karena masih bocah (kelas 2 SMA), saya tidak terlalu paham ketika membaca buku itu, meski mengkhatamkannya. Tetapi, walau begitu, saya seperti diberitahu bahwa Friedrich Nietzsche adalah orang yang pemikirannya layak dibaca dan direnungkan. Kenyataannya memang benar. Ketika dewasa, saya tahu dialah satu-satunya orang yang berani berkata blak-blakan bahwa Tuhan sudah mati.

Nah, buku ini—Zarathustra yang saya baca tahun ini—adalah edisi ringkasan, yang jauh lebih tipis dibanding Zarathustra edisi lengkap yang saya baca sewaktu SMA. Buku ini seperti cuilan roti yang diambil dari sepotong roti besar yang sangat lezat. Karenanya, meski secuil, rasanya tetap sangat lezat, dan membikin penasaran serta ketagihan. Isinya sangat... sangat dalam, khas Nietzsche. Zarathustra, dalam bayangan saya, adalah tandingan karya agung Kahlil Gibran, The Prophet. Jika Gibran menulis dengan elegan, Nietzsche menulis dengan gahar.

Seusai mengkhatamkan Zarathustra, dan mencium sampulnya, diam-diam saya berdoa, “Tuhan, tolong ampuni dosa-dosa Nietzsche, kalau memang ada. Meski kadang kurang ajar, tapi dia sangat keren!”


Gilang Pratama: Cuci Otak NII

Gilang Pratama adalah salah satu korban perekrutan NII yang mengangankan membangun negara Islam di Indonesia. Setelah bertahun-tahun bergabung dengan organisasi itu—sehingga tahu seluk beluk NII seutuhnya—Gilang Pratama akhirnya menyadari bahwa organisasi yang mengatasnamakan Islam itu tak lebih dari organisasi mafia pencuci otak yang hanya menginginkan uang dan keuntungan dari para anggotanya.

Buku ini merupakan memoar dan pengakuan blak-blakan penulisnya tentang bagaimana ia direkrut sebagai anggota NII, aktif di dalamnya, hingga “karir”nya mencapai pangkat Juru Doktrin yang bertugas merekrut dan mencuci otak para calon anggota baru. Karenanya, subjudul buku ini adalah Pengakuan Mantan Juru Doktrin NII.

Gilang Pratama mengisahkan, ketertarikannya pada NII karena ingin belajar Islam secara mendalam, karena menyadari dirinya masih sangat awam dalam hal agama. Tetapi keinginan mulia itu disalahgunakan oleh NII yang merekrutnya, hingga ia kemudian terjebak dalam jaring-jaring organisasi underground yang berlimpah kejahatan, pemerasan, pemutarbalikan ajaran agama, bahkan sampai ancaman pembunuhan.

Buku ini tidak hanya memaparkan perjalanan penulisnya dalam organisasi NII, tetapi juga memaparkan bagaimana liciknya NII memutarbalikkan ajaran-ajaran agama demi kebutuhan dan keuntungannya sendiri. Siapa pun yang merasa ingin belajar Islam karena merasa dirinya masih awam, sebaiknya membaca buku ini, agar tidak terjebak dalam rayuan NII. Lebih penting lagi, agar tidak terjebak menjadi orang sok suci yang merasa paling benar sendiri.


Henry D. Aiken: Abad Ideologi

Abad Ideologi adalah album pemikiran bocah-bocah paling mempesona di dunia. Di buku ini, Henry David Aiken mempertemukan silang sengkarut dan perdebatan ideologis abad ke-19 antara Immanuel Kant, Johann Gottlieb Fichte, G.W.F. Hegel, Arthur Schopenhauer, Auguste Comte, John Stuart Mill, Herbert Spencer, Soren Kierkegaard, Ernst Mach, hingga Karl Marx dan Friedrich Nietzsche.

Dunia filsafat abad ke-19 adalah periode paling semarak, eksplosif, dan revolusioner, karena pada masa itu terjadi pembongkaran secara sistematis atas metode dan pandangan filsafat tradisional. Buku ini memaparkan pengaruh pemikiran bocah-bocah keren yang namanya disebut di atas, juga kecenderungan filosofis periode itu atas berbagai dilema filsafat yang kelak mengikutinya.

Henry Aiken menulis buku ini dengan arif dan inspiratif. Saya membacanya sambil melayang penuh orgasmik.


H. P. Blavatsky: The Key to Theosophy

Judul selengkapnya adalah The Key to Theosophy: A Clear Exposition, in the Form of Questions and Answer, of the Ethics, Science and Philosophy for the Study of which the Theosophical Society has been Founded.

H. P. Blavatsky—atau populer disapa Madame Blavatsky—adalah salah satu pemikir wanita paling berpengaruh abad ke-19, serta pendiri teosofi. Buku ini memuat tanya jawab dengan H. P. Blavatsky tentang teosofi dan pernak-perniknya, serta persoalan-persoalan mendalam seputar keyakinan manusia kepada Tuhan dan hal-hal gaib.

Sejujurnya, saya harus membaca buku ini perlahan-lahan agar dapat memahami sepenuhnya. Dan selama membaca, saya benar-benar kagum pada wawasan serta pengetahuan Madame Blavatsky. Wanita itu selalu dapat menjawab semua pertanyaan dengan keluwesan, serta cara menjawab yang elegan.

Buku ini tidak ditujukan untuk orang-orang yang merasa paling suci dan sok benar sendiri. The Key to Theosophy adalah buku yang menggelisahkan pikiran, perjalanan pencarian dari gelap menuju terang, dari kenaifan menuju pemahaman.


Ian F. McNeely & Lisa Wolverton:
Para Penjaga Ilmu Dari Alexandria 

Sampai Internet

Demetrius dari Phaleron (360 SM-280 SM) mungkin tidak terkenal. Tapi dia salah satu orang genius yang pernah dimiliki planet Bumi. Dan, seperti kebanyakan genius lain, Demetrius juga gila. Dia suka mengecat wajahnya seperti Joker dalam film Batman, suka mengecat rambutnya menjadi pirang, suka berselingkuh dengan istri orang, sekaligus menjalani kehidupan homoseksual. Luar biasa genius, juga luar biasa gila.

Tetapi “orang gila” itu memiliki peran penting dalam ilmu pengetahuan. Dialah yang mendirikan perpustakaan Alexandria, yang menjadi perpustakaan paling terkenal di dunia. Demetrius memulai karir akademisnya di Athena, dan menjadi salah satu murid di Lyceum. Lyceum adalah perguruan alam terbuka yang sangat mahsyur, yang didirikan Aristotle. Perguruan itu merupakan cikal bakal lembaga perguruan tinggi yang kita kenal sekarang.

Perjalanan ilmu pengetahuan dari masa lampau membutuhkan waktu berabad-abad hingga sampai di tangan kita hari ini. Dari catatan-catatan di papirus dan daun lontar, ilmu pengetahuan terkumpul di berbagai perpustakaan, tersimpan di biara-biara, dilembagakan berbagai universitas, dipeluk para aktivis republik surat, terkodifikasi dalam disiplin ilmu, dicuci di laboratorium, hingga kemudian tersebar di internet pada zaman kita, dan dapat diakses siapa pun.

Perjalanan yang panjang itu pun membutuhkan ribuan orang tekun di berbagai belahan dunia. Orang-orang tekun itulah yang merawat peradaban serta pengetahuan untuk terus diwariskan kepada generasi setelahnya—hingga sampai pada generasi kita. Tanpa mereka, mungkin hari ini kita tidak pernah tahu siapa Galileo, siapa Marie Curie, Newton, Darwin, hingga Einstein dan Hawking.

Buku ini memaparkan perjalanan panjang ilmu pengetahuan dari masa Alexandria sampai ke zaman kita, serta siapa saja yang berperan di dalamnya. Bagi saya, buku ini semacam “biografi” ilmu pengetahuan. Materi serta cara penyampaian dalam buku ini tergolong berat, tetapi—saya yakin—para kutu buku akan sangat menikmatinya.


John Farndon: 50 Gagasan Luar Biasa

Menemukan buku yang dalam serta penuh wawasan, rasanya seperti menemukan pasangan yang sempurna—elegan, dan tidak membosankan. Buku ini memenuhi kriteria itu. Merupakan terjemahan The World’s Greates Idea, judul lengkap buku ini adalah 50 Gagasan Luar Biasa yang Mengubah Dunia.

Sebagaimana judulnya, buku ini memaparkan ide-ide yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam kehidupan dan peradaban manusia. John Farndon, dibantu sekelompok juri lain, mengumpulkan dan menyusun peringkat atas 50 ide besar yang dianggap paling berpengaruh dalam peradaban—dari yang remeh temeh seperti selokan dan roda, dari hukum-hukum fisika sampai matematika, dari marxisme sampai pembebasan budak.

Masing-masing item itu diuraikan dengan mengasyikkan, penuh wawasan, dengan bahasa yang mudah dipahami. Hasilnya, berdasarkan penilaian para juri, ide terbesar yang menempati peringkat teratas karena dianggap paling berpengaruh di dunia, adalah internet. Nomor dua, atau satu peringkat di bawah internet, adalah menulis. Sedangkan peringkat ke-50 alias paling bawah, adalah... perkawinan!

Oh, well, sepertinya nyokap saya perlu membaca buku ini.


Muhidin M. Dahlan, Mujib Hermani (ed.): 
Pleidoi Sastra

Judul selengkapnya adalah Pleidoi Sastra: Kontroversi Cerpen Langit Makin Mendung Kipandjikusmin. Ini buku terbitan lama (Januari 2004), namun baru saya temukan.

Kipandjikusmin adalah salah satu penulis Indonesia yang misterius. Namanya disebut banyak orang, karyanya dibahas para tokoh terkenal, kontroversi mengenai dirinya menjadi berita nasional, namun sosoknya tak pernah terlihat. Pada 8 Agustus 1968, majalah Sastra yang dipimpin H.B. Jassin memuat salah satu cerpen karya Kipandjikusmin, berjudul “Langit Makin Mendung”. Hasilnya adalah kontroversi sastra terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Cerpen itu dianggap menghina agama, majalah Sastra yang memuatnya kemudian dibredel, dan H.B. Jassin—selaku penanggung jawab pemuatan cerpen tersebut—diajukan ke pengadilan. Sementara itu, tak terhitung banyaknya tokoh terkenal—para sastrawan maupun nonsastrawan—yang berdebat dan berpolemik di media massa seputar cerpen “Langit Makin Mendung”.

Buku ini merekam semua peristiwa itu. Di halaman awal, buku ini memuat cerpen-cerpen karya Kipandjikusmin, termasuk “Langit Makin Mendung”, lalu dilanjutkan wacana dan pendapat serta polemik para tokoh atas cerpen itu. Beberapa tokoh terkenal yang ikut “berperang” dalam polemik itu di antaranya A.A. Navis, Goenawan Mohamad, Sju’bah Asa, Buya Hamka, Taufiq Ismail, Bahrum Rangkuti, Wiratmo Sukito, hingga Yahya Ismail (penulis dari Malaysia).

Di halaman akhir, buku ini memuat pleidoi H.B. Jassin untuk pembelaan cerpen itu, yang dibacakan di depan hakim di pengadilan pada 2 September 1970. Hingga saya menulis catatan ini, siapa sebenarnya Kipandjikusmin belum terungkap. Terlepas dari kontroversinya, buku ini penuh wawasan, khususnya seputar dunia sastra Indonesia.


Peter Tompkinn & Christopher Bird: 
Keajaiban Tumbuhan

Edisi bahasa Inggris buku ini telah menggemparkan ilmuwan dan para akademisi di berbagai belahan dunia. Meski judulnya terdengar ringan, namun isinya benar-benar memukau. Berisi hasil-hasil penelitian mengagumkan seputar dunia tumbuhan, yang belum pernah dibayangkan kebanyakan manusia.

Bertahun-tahun lalu, Charles Darwin telah menyatakan bahwa tumbuhan memiliki inteligensi. Keyakinan itu kemudian ditindaklanjuti Luther Burbank dan para ilmuwan lain, sampai kemudian dua bocah tekun di zaman kita—Peter Tompkinn dan Christopher Bird—melakukan penelitian komprehensif dengan peralatan yang lebih modern, hingga mampu menunjukkan rahasia-rahasia tumbuhan yang sebelumnya tak terbayangkan.

Buku ini tergolong berat. Namun, seperti umumnya buku berat lain, Keajaiban Tumbuhan memberikan kenikmatan luar biasa selama membacanya. Buku ini pun akan mengubah pandangan kita dalam berinteraksi dengan tumbuhan, sekaligus mulai memahami bagaimana alam semesta menyembunyikan rahasia-rahasianya yang menakjubkan.

Secara keseluruhan, buku ini benar-benar hebat. Setiap bab dan halamannya akan membuat kita terpesona, dan memberikan kenikmatan tersendiri. Menyetubuhi buku ini, bagi saya, seperti menikmati ledakan orgasme tanpa henti. Terpujilah Peter Tompkinn dan Christopher Bird untuk karya agung mereka dalam buku ini.

Sampai jumpa di daftar 10 Buku Terbaik tahun depan!
 
 
;