Rabu, 02 Januari 2013

Akar Kesalahan (1)

Seperti kebohongan, satu kesalahan
akan menuntut kesalahan yang lain.
@noffret 


Ini kisah sepele, tapi membuat kepala saya terasa mau pecah ketika memikirkannya. Jadi, suatu sore—sekitar jam lima—saya berjalan keluar komplek rumah saya untuk membeli rokok. Sewaktu sampai di depan gang, terlihat ada cukup banyak orang yang sedang mengerumuni sesuatu. Karena penasaran, saya pun mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi. Rupanya ada kecelakaan beberapa menit yang lalu, antara dua sepeda motor.

Berdasarkan penuturan orang-orang yang saya dengarkan, kronologi peristiwanya seperti ini. Doni, tetangga saya, naik motor perlahan-lahan. Ketika sampai di depan gang, Doni berbelok ke arah kiri (utara). Karena ada beberapa remaja yang sedang nongkrong di depan gang, Doni pun berbelok sambil menengah ke jalan raya, agar tidak menyerempet para remaja yang sedang nongkrong di sana.

Seiring dengan itu, sebuah motor dari arah kanan (selatan) melaju kencang di belakang Doni, dan tidak mampu mengerem ketika Doni muncul dari dalam gang. Akibatnya, motor yang sedang ngebut itu pun menabrak motor Doni.

Doni, yang tidak tahu akan ditabrak dari belakang, tentu saja terkejut, dan dia terlempar dari motornya. Sementara si penabrak juga jatuh karena upaya pengereman, juga karena panik. Orang-orang pun segera menolong mereka, dan itulah kerumunan yang kemudian saya saksikan.

Si penabrak ditanya, mengapa dia sampai menabrak Doni dari belakang. Orang itu menjawab, dia tidak tahu kalau Doni akan muncul tiba-tiba dari dalam gang. Waktu itu dia melaju kencang karena dipikirnya berada di posisi tengah jalan raya, tapi tiba-tiba Doni muncul dari dalam gang dan langsung mengambil posisi di tengah jalan. Yang dikatakannya memang benar. Dia memang melaju di tengah jalan, dan Doni juga mengakui kalau dia berbelok dari arah gang langsung ke tengah jalan.

Kemudian Doni ditanya, kenapa dia berbelok tidak hati-hati dengan mengambil arah pinggir, tapi langsung ke tengah jalan. Doni menjelaskan, waktu itu ada beberapa remaja yang sedang nongkrong di depan gang, dan dia terpaksa berbelok agak ke tengah jalan agar motornya tidak mengganggu mereka. Doni juga menjelaskan, dia sudah menengok ke belakang, untuk memastikan tidak ada motor yang sedang melaju ke arahnya. Tetapi pandangannya terhalang oleh keberadaan tenda warung makan yang ada di depan trotoar depan gang.

Ini masalah sepele di jalan raya, suatu peristiwa yang mungkin terjadi sehari-hari, namun mengandung implikasi yang sangat rumit ketika saya pikirkan.

Berdasarkan kisah dan kronologi di atas, menurutmu siapakah yang bersalah? Doni, atau si penabrak? Bagi saya, keduanya bisa sama-sama salah, bisa pula sama-sama tak bersalah. Doni bersalah, karena dia langsung ke tengah jalan begitu keluar dari gang. Begitu pula penabraknya juga bersalah, karena menabrak orang lain dari belakang. Seharusnya mereka lebih berhati-hati.

Tetapi, keduanya juga bisa tidak bersalah. Doni tidak tahu ada motor yang melaju kencang dari belakangnya, karena pandangannya terhalang tenda warung. Sementara si penabrak juga terkejut, karena Doni tiba-tiba muncul di tengah jalan begitu keluar dari gang. Keduanya tidak salah, karena sama-sama tidak tahu.

Sekarang, mari kita pikirkan kronologi kisah ini, dan lihat betapa besar implikasi yang telah terjadi dalam peristiwanya.

Lanjut ke sini.
 
 
;