Rabu, 02 Januari 2013

Akar Kesalahan (2)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Kita mulai dari Doni. Dia mengendarai motornya perlahan-lahan, dan keluar dari gang juga perlahan-lahan. Sebagai pengendara motor, dia pengendara yang baik. Bahkan, sebegitu baiknya, dia sampai mengalah untuk membawa motornya agak ke tengah jalan ketika berbelok, karena di depan gang ada sekelompok remaja yang sedang nongkrong. Dia tidak ingin mengganggu para remaja itu. Kemudian, Doni juga telah menengok ke belakang untuk memastikan jalan raya memang aman, tapi sayang pandangannya terhalang keberadaan tenda warung makan.

Jika kita harus menyalahkan sesuatu atau seseorang, siapakah yang bersalah?

Doni mungkin bersalah, karena dia langsung melaju ke tengah jalan. Tapi jangan lupa, dia melaju ke tengah jalan karena ada sekelompok remaja yang sedang nongkrong di depan gang. Kalau remaja-remaja itu tidak ada di sana, Doni tentu akan berbelok dengan mengambil bagian pinggir jalan yang pastinya lebih aman.

Jadi, apakah sekelompok remaja yang nongkrong di depan gang itu yang bersalah? Mungkin ya. Tetapi juga jangan lupakan keberadaan warung makan tenda yang ada di depan gang. Di bagian kanan depan gang kompek saya tinggal, ada warung makan tenda yang berdiri di atas trotoar sampai sekitar semeter di depan trotoar. Warung makan itu buka setiap jam 5 sore, sampai sekitar jam 11 atau 12 malam. Tenda warung itulah yang menghalangi pandangan Doni ketika ia menengok ke belakang, sehingga tidak bisa melihat ada motor yang sedang melaju ke arahnya.

Padahal, kalau saja warung itu tidak ada, pandangan Doni akan bebas ke arah belakangnya, dan dia pasti akan melihat dengan jelas apakah jalan raya sedang aman atau tidak. Artinya, jika tidak ada remaja-remaja yang nongkrong di depan gang, dan tidak ada warung tenda tersebut, maka kecelakaan tadi kemungkinan tak terjadi. Atau, jika salah satu di antara kedua hal di atas (remaja yang nongkrong atau warung tenda) tidak ada, kecelakaan tadi juga mungkin tak terjadi.

Kita mulai melihat keterkaitan implikasinya?

Mengapa ada sekelompok remaja nongkrong di pinggir jalan, tepat di depan gang? Mungkin karena mereka tidak memiliki kegiatan. Atau mungkin karena mereka bosan dengan aktivitas keseharian, lalu ngumpul dengan teman sambil melihat-lihat orang berlalu lalang. Yang jelas, mereka tidak tahu acara nongkrong di depan gang semacam itu dapat menimbulkan bahaya bagi orang lain, semisal kecelakaan seperti yang dialami Doni.

Kalau kita mau menyalahkan para remaja itu, mereka pasti dengan mudah menjawab bahwa mereka hanya sebatas nongkrong di sana, dan mereka juga tidak mengganggu orang lain secara langsung. Mereka tidak merasa merugikan siapa pun, jadi apa salahnya? Lagi pula, mereka juga bisa menyatakan bahwa dibanding mereka, keberadaan warung-warung di trotoar tentu jauh lebih mengganggu. Mereka hanya nongkrong sejam atau dua jam, sementara warung-warung tenda di trotoar ada di sana sampai semalaman.

Sekarang tinggalkan para remaja itu, dan lihat warung makan tenda di trotoar. Mengapa ada warung-warung makan tenda yang didirikan di atas trotoar? Kita tahu, di mana-mana ada warung tenda semacam itu. Mereka biasanya buka sore hari, dan baru tutup larut malam. Mereka mendirikan tenda menggunakan kain atau terpal plastik dengan kerangka bambu. Tidak hanya di atas trotoar, lebar warung mereka juga sering kali sampai di bagian jalan.

Apakah mereka mengganggu? Terus terang, kadang kita terganggu dengan keberadaan mereka, meski kita juga mungkin sering makan di warung-warung semacam itu. Warung-warung tenda itu hampir bisa dikatakan memenuhi sepanjang trotoar, sehingga para pejalan kaki kesulitan menggunakan fasilitas trotoar yang sebenarnya ditujukan untuk mereka.

Lanjut ke sini.

 
;