Minggu, 13 April 2014

Noffret’s Note: Eksistensi

Secara fitrah maupun psikologi, setiap orang
butuh aktualisasi, karena melalui aktualisasi itulah
kita menunjukkan eksistensi diri.
—Twitter, 25 Juli 2013

Eksistensi diri adalah kebutuhan orang per orang.
Siapa pun, seperti apa pun, di mana pun,
orang butuh eksistensi.
—Twitter, 25 Juli 2013

Yang mungkin masih jarang dipahami,
eksistensi beda dengan popularitas.
Keduanya bisa bersama, pun bisa terpisah.
—Twitter, 25 Juli 2013

Banyak orang eksis tanpa kita kenal,
pun banyak popularitas tanpa eksistensi
yang jelas, alias sekadar tenar.
—Twitter, 25 Juli 2013

Setiap orang butuh eksistensi, benar.
Tapi tidak setiap eksistensi bersanding ketenaran.
Lebih dari itu, tidak setiap orang ingin terkenal.
—Twitter, 25 Juli 2013

Yang jadi masalah, kita telah menganggap eksistensi
dan popularitas sebagai satu paket.
Akibatnya, semua orang ingin terkenal.
—Twitter, 25 Juli 2013

Ketika orang menginginkan keterkenalan,
dia mulai melupakan tujuan awal eksistensi,
dan hanya mengejar ketenaran.
—Twitter, 25 Juli 2013

Akibatnya, banyak muncul orang-orang terkenal
tanpa eksistensi yang jelas. Mereka populer,
dikenal banyak orang, tapi hanya itu.
—Twitter, 25 Juli 2013

Lebih ironis lagi, tujuan popularitas kadang
menghalalkan segala cara. Ketika itu terjadi,
tak ada lagi arti eksistensi.
—Twitter, 25 Juli 2013

Orang bisa eksis tanpa terkenal,
dan banyak orang terkenal
yang tak mengenal arti eksistensi sejati.
—Twitter, 25 Juli 2013

Petani yang mencangkul sawah dengan baik,
tukang sapu yang menyapu dengan baik,
mereka eksis. Tapi mungkin tak terkenal.
—Twitter, 25 Juli 2013

Eksistensi adalah “arti keberadaan kita bagi dunia”.
Itu tujuan setiap manusia waras yang masih bernapas.
Itulah tujuan aktualisasi diri.
—Twitter, 25 Juli 2013

Dalam tujuan untuk berarti bagi dunia, popularitas
sama sekali tidak penting. Jika itu terjadi,
maka popularitas hanya efek samping.
—Twitter, 25 Juli 2013

Mengejar popularitas dengan mengesampingkan
tujuan eksistensi, hanya menjadikan kita sesosok mumi.
Berwujud, tapi kosong, mati.
—Twitter, 25 Juli 2013

Mumi tidak mampu memberikan kemanfaatan
bagi sesama. Begitu pun popularitas yang hanya
dibangun di atas sensasi, tanpa eksistensi sejati.
—Twitter, 25 Juli 2013

Terpujilah petani yang baik, tukang sapu yang baik,
guru yang baik, dokter yang baik,
orangtua yang baik, kawan yang baik...
—Twitter, 25 Juli 2013

...dan orang-orang lain yang mengerjakan tugas,
pekerjaan, serta perannya dengan baik,
karena itulah wujud eksistensi sejati.
—Twitter, 25 Juli 2013

Merekalah yang telah menjadikan Bumi
menjadi tempat yang lebih baik, tanpa ribut-ribut,
tanpa pamer, tanpa ingin populer.
—Twitter, 25 Juli 2013

Dan kita bisa memilih meniru mereka dengan
menjadi manusia sejati, atau memuja sensasi
demi popularitas tanpa arti.
—Twitter, 25 Juli 2013

In the end, hidup yang tak memiliki arti
adalah kehidupan yang tak layak dijalani.
—Twitter, 25 Juli 2013


*) Ditranskrip dari timeline @noffret 

 
;