Jumat, 20 Juni 2014

Plus Minus Belanja Buku di Internet (3)

Posting ini lanjutan posting sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Namun, ada kalanya proses pengepakan itu membutuhkan waktu cukup lama jika kebetulan buku-buku yang kita beli tidak ready stock. Artinya, mereka harus menghubungi distributor atau penerbitnya terlebih dulu, dan baru dapat mengepak serta mengirimkannya jika buku-buku itu telah didapatkan. Kadang-kadang, jika pesanan kita cukup banyak, waktunya bisa sampai dua atau tiga minggu. Saya bahkan pernah menunggu sampai satu bulan untuk mendapatkan buku-buku yang mengalami kasus seperti di atas.

Karena itu, membeli di toko buku internet tidak hanya harus bermodal ketekunan dalam mencari buku-buku yang kita inginkan, tidak hanya harus bermodal uang yang cukup, tetapi juga harus bermodal kesabaran dalam menunggu buku-buku yang telah kita bayar. Jika tidak sabar, kadang-kadang kita bisa jengkel dan terpaksa sampai komplain ke pihak toko buku bersangkutan.

Kemudian, hal lain yang juga dianggap minus di toko buku internet adalah adanya biaya kirim. Untuk setiap buku yang kita beli, kita akan dikenai tambahan pembayaran untuk biaya kirim. Sebenarnya, itu wajar saja, karena mereka harus mengirimkan buku tersebut ke alamat kita. Untuk pengiriman dalam kota (jika pembeli satu kota dengan pihak toko buku internet bersangkutan) kadang pembeli dibebaskan dari biaya kirim. Namun, untuk pembeli di luar kota selalu dikenakan biaya kirim, karena mereka harus membayar pihak biro ekspedisi yang akan mengirimkan pesanan ke alamat kita.

Besarnya biaya kirim juga ditentukan berapa banyak atau berapa sedikit buku yang kita beli. Semakin banyak buku yang kita pesan, biaya kirimnya biasanya akan semakin banyak. Konon, toko-toko buku internet menggunakan ukuran kilo dalam hal tersebut. Artinya, masing-masing buku telah didata beratnya, dan nantinya total buku yang dibeli akan diakumulasikan berapa beratnya untuk kemudian ditentukan berapa biaya pengirimannya.

Nah, yang kadang membuat kening pembeli jadi berkerut, ada kalanya biaya kirim itu “tidak masuk akal”. Bila kita hanya membeli sedikit buku, jumlah biaya kirimnya mungkin tidak terlalu besar, dan kita tidak terlalu merisaukan. Namun, jika kita membeli buku dalam jumlah besar, bisa jadi kita akan “takjub” ketika melihat berapa biaya kirim yang harus kita bayar.

Sebagai ilustrasi, saya pernah membeli sejumlah buku senilai Rp. 4.000.000 di sebuah toko buku internet, dan biaya kirim yang harus saya bayar mencapai Rp. 600.000. Itu pengiriman dalam negeri, artinya toko buku tersebut ada di Indonesia, dan saya juga menggunakan alamat di Indonesia. Ketika mendapati jumlah itu, mau tak mau saya terkejut. Biaya kirimnya lebih dari setengah juta! Uang sejumlah Rp. 600.000 itu bisa digunakan untuk membeli banyak buku, pikir saya dengan masygul.

Yang lebih parah lagi, ada kalanya toko buku internet sengaja “menilep” biaya pengiriman ketika kebetulan ada buku yang stoknya kosong. Ada pengalaman pribadi yang bisa dijadikan contoh untuk hal ini.

Di sebuah toko buku internet, saya pernah memesan sejumlah buku. Saya membayar buku-buku tersebut, beserta biaya kirimnya. Namun ternyata sebagian buku yang saya pesan sudah habis, dan belum dicetak ulang. Karena kenyataan itu, toko buku tersebut akan mengembalikan sisa pembayaran saya.

Nah, pada waktu mereka mengembalikan sisa pembayaran, yang mereka kembalikan hanya sisa pembayaran buku. Padahal, seharusnya, mereka juga mengembalikan sisa biaya kirim, karena semakin berkurangnya jumlah buku yang mereka kirim maka tentu jumlah biaya kirimnya semakin sedikit.

Pada kasus ini, saya memesan 55 judul buku. Untuk hal itu, saya harus membayar biaya kirim untuk berat 55 buku tersebut. Namun, ternyata, sebanyak 16 buku yang saya pesan sudah habis stoknya, dan pembayaran untuk 16 buku itu pun dikembalikan, tapi sisa biaya kirimnya tidak dikembalikan. Padahal, seharusnya, saya berhak mendapat pengembalian biaya kirim juga, kan? Karena, semakin sedikit jumlah yang dikirim, semakin berkurang pula biaya kirimnya.

Memang tidak semua toko buku internet seperti itu. Selama berkali-kali membeli buku di internet, saya menjumpai toko-toko buku online yang baik dan jujur. Ketika ada buku-buku yang stoknya habis, mereka juga mengembalikan sisa biaya kirimnya, dan saya tentu sangat menghargai hal itu. Sebaliknya, saya pun biasanya langsung mengucap “good bye” pada toko buku online yang mengecewakan dan tak bisa dipercaya.

Kepercayaan—itulah faktor paling penting dalam urusan jual-beli di internet. Bagaimana pun, pembeli tidak tahu dengan siapa mereka berhubungan. Karenanya, jika konsumen telah percaya dengan suatu toko online, selalu ada kemungkinan dia akan melanjutkan pembelian di lain hari hingga menjadi pelanggan tetap. Sebaliknya, jika pembeli merasa dikecewakan, maka bisa dipastikan dia tidak akan pernah percaya lagi.

Selama ini, saya biasa “membagi” pembelian rutin ke beberapa toko buku online. Saya punya beberapa toko buku langganan di internet, yang kebetulan sudah cocok. Layanan mereka juga rata-rata memuaskan, meski masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang suatu buku tidak bisa saya dapatkan di toko buku A, namun tersedia di toko buku B. Karena itulah, setiap bulan saya rutin “menggilir” toko-toko buku itu untuk mendapatkan buku-buku yang saya inginkan.

Apa sisi minus lain belanja di toko buku internet? Bagi saya pribadi—dan mungkin bagi para pecinta buku lain—adalah kemungkinan kerusakan buku selama proses pengepakan atau pengiriman.

Lanjut ke sini.

 
;