Senin, 08 Desember 2014

Urusan Ego Dalam Expendables

“Aku punya ide. Dan dengan egomu, kurasa kau akan menyukainya.”
Barney Ross kepada Lee Christmas 
dalam Expendables 2


Penggemar film action pasti tahu The Expendables, film yang dibintangi bocah-bocah terkenal Hollywood. Sejak pertama kali dirilis, The Expendables telah menjadi film laris—tidak hanya karena kedahsyatan aksi dalam ceritanya, tapi juga karena aktor-aktor yang terlibat. Nama-nama besar bergabung dalam film ini—Sylvester Stallone, Jason Statham, Arnold Schwarzenegger, Jet Li, Dolph Lundgren, Van Damme, Wesley Snipes, Chuck Norris, Bruce Willis, sampai Mel Gibson, dan lain-lain.

The Expendables adalah proyek Sylvester Stallone yang ingin membuat “film reuni”, yang mempertemukan bocah-bocah terkenal Hollywood dalam satu film. Proyek itu tampaknya berhasil, hingga The Expendables—sejauh ini—telah dibuat tiga seri. Saya termasuk penggila serial Expendables, dan selalu menikmati saat menontonnya. Oh, well, menyaksikan Stallone duel satu lawan satu dengan Van Damme (dalam Expendables 2) adalah kesempatan yang belum tentu terulang dalam seratus tahun!

Di mata saya, Expendables adalah film yang dibuat oleh bocah, diperankan para bocah, dan ditujukan untuk bocah. Para penonton The Expendables—khususnya yang lelaki—pasti masih ingat keasyikan di masa kecil dulu, ketika main perang-perangan dengan teman-teman, tembak-tembakan menggunakan pistol air atau senjata mainan, sampai bertarung main-main dengan teman-teman. Semua keasyikan masa kecil itu diwujudkan The Expendables dalam skala spektakuler. 

Jalan cerita serial Expendables bisa dibilang hanya berisi perang, pertempuran, pertarungan, ledakan, tembak-tembakan. Dan semuanya dikemas dengan sangat memukau, melibatkan banyak senjata, pesawat dan helikopter tempur, sampai tank. Semua yang terjadi dalam Expendables bisa dibilang merefleksikan bayangan keasyikan para bocah. Tidak ada drama bertele-tele yang membosankan, tidak ada percakapan sia-sia, yang ada hanya perang, pertarungan, dan ledakan.

Jika kita memperhatikan sungguh-sungguh percakapan antar tokoh dalam The Expendables, kita akan mendapati dialog yang selalu muncul dalam setiap serinya. Percakapan atau dialog itu berbunyi,

“Did you win?”

“Of course I win.”

Ada kisah tersembunyi di balik percakapan itu, yang berhubungan dengan tokoh-tokoh dalam Expendables. Ketika Stallone berencana membuat The Expendables pertama kali, dia meminta Steven Seagal untuk ikut dalam film. Rencananya, Steven Seagal akan diminta memerankan James Munroe, tokoh antagonis dalam Expendables 1. Namun, Steven Seagal menolak mentah-mentah. Tahu kenapa? Alasannya mungkin lucu—karena James Munroe kalah dalam film!

Setelah Steven Seagal menolak mentah-mentah, Stallone lalu menghubungi Van Damme, dan berharap aktor terkenal itu bersedia masuk dalam film Expendables 1 untuk memerankan James Munroe. Tetapi, sama seperti Steven Seagal, Van Damme juga menolak. Dan alasannya juga sama—karena James Munroe kalah dalam film!

Karena dua bocah terkenal itu tidak mau menerima tawarannya, pilihan Stallone kemudian jatuh ke Eric Roberts, aktor yang sering menjadi antagonis. Eric Roberts bersedia memerankan James Munroe, maka Expendables 1 pun mulai syuting. Hasilnya, ketika dirilis, film itu meledak dan menghasilkan keuntungan besar.

Lalu proyek Stallone berlanjut dengan membuat Expendables seri kedua. Jika Expendables 1 memunculkan James Munroe sebagai antagonis, Expendables 2 menghadapi musuh yang lebih kuat—bajingan keji bernama Jean Villain. Untuk seri kedua tersebut, Stallone menemui Steven Seagal, dan mencoba kembali memintanya untuk ikut dalam film Expendables.

Kali ini, Stallone berharap Seagal bersedia, karena peran yang akan dimainkannya tidak main-main, dan mereka akan bertarung satu lawan satu, hidup atau mati. Steven Seagal bertanya, “Apakah aku akan menang dalam film?”

“Tidak,” jawab Stallone. “Kau berperan sebagai Villain, dan dia mati di akhir film.”

Mendengar jawaban itu, Steven Seagal menolak.

Karena Seagal kembali menolak tawarannya, Stallone pun menemui Van Damme, seperti sebelumnya, dan berharap Van Damme kali ini mau menerima tawarannya. Karena melihat kesuksesan Expendables 1 yang luar biasa, Van Damme akhirnya bersedia menerima tawaran Stallone. Meski tokoh yang diperankannya akan kalah dan mati di akhir film, Van Damme kali ini tidak keberatan. Tawaran bayaran besar rupanya mampu menurunkan ego seorang Van Damme.

Maka jadilah Van Damme membintangi Expendables 2, dan memerankan Jean Villain. Di akhir film, seperti yang dapat kita saksikan, Stallone dan Van Damme bertarung sampai mati, dan itu menjadi salah satu pertarungan paling memukau yang pernah ada di Hollywood. Kapan lagi kita bisa melihat Van Damme memamerkan tendangan memutarnya yang mematikan itu, tepat di hadapan muka Sylvester Stallone?

Karena aksi yang lebih dahsyat dari film sebelumnya, Expendables 2 juga sukses, bahkan mendatangkan keuntungan yang jauh lebih besar. Lalu Stallone melanjutkan proyeknya, dan menyiapkan Expendables 3. Kali ini, jumlah tokoh yang terlibat semakin banyak, bahkan melibatkan Wesley Snipes, Antonio Banderas, hingga Harrison Ford. Seperti sebelum-sebelumnya, Stallone kembali berharap Steven Seagal mau ikut terlibat.

Ketika Expendables 3 telah siap syuting, Stallone masih berusaha merayu Steven Seagal untuk mau membintangi film tersebut. Beberapa kali, Stallone bahkan sempat menuliskan upayanya itu di akun Twitter-nya, bahwa dia sedang membujuk Seagal agar mau ikut dalam Expendables 3. Namun, Seagal rupanya tidak terbujuk. Ia masih menolak dengan alasan yang sama—karena tokoh yang diperankannya kalah dalam film. Intinya, Steven Seagal tidak mau kalah, meski hanya dalam film!

Akhirnya, karena Seagal tetap tidak mau ikut dalam Expendables 3, Stallone lalu menghubungi Mel Gibson. Hasilnya, seperti yang kita lihat, Mel Gibson bersedia memerankan tokoh Conrad Stonebanks, antagonis dalam Expendables 3. Di akhir film, sama seperti para antagonis sebelumnya, Conrad Stonebanks a.k.a Mel Gibson juga kalah dan mati setelah bertarung dengan Barney Ross yang diperankan Stallone.

Jika kelak Stallone membuat Expendables 4, dan ia kembali meminta Steven Seagal untuk ikut membintanginya, apakah mungkin Seagal akan bersedia? Bila tokoh yang diperankannya juga kalah dalam film, banyak pihak meramalkan Seagal akan tetap menolak. Penolakan Steven Seagal dan Van Damme sebelumnya itulah yang kemudian memunculkan dialog “Did you win?/Of course I win” dalam film. Dialog itu sebenarnya ditujukan untuk menyindir Steven Seagal dan Van Damme, yang menolak main film hanya karena tokoh yang diperankannya kalah.

Mungkin banyak orang menilai tingkah Van Damme dan Steven Seagal terlalu kekanak-kanakan, bahkan terkesan tidak profesional. Mungkin ya. Kenyataannya, dua bocah itu memiliki ego yang sama-sama besar—tidak hanya dalam film, tetapi juga di dunia nyata. Bahkan latar penolakan mereka untuk tidak mau terlibat dalam proyek Expendables, juga diperkirakan berawal dari kejadian di dunia nyata.

Pada 1997, Sylvester Stallone mengadakan pesta di rumahnya, di Miami, dan mengundang bocah-bocah terkenal Hollywood. Steven Seagal dan Van Damme termasuk tamu yang diundang. Dalam pesta, orang-orang bercakap asyik, bercanda, tertawa-tawa, bahkan saling ledek. Pada waktu itu, Steven Seagal meledek Van Damme dengan mengatakan bahwa dia “bisa menendang pantat Van Damme dengan mudah”.

Entah karena tidak paham ucapan itu hanya bergurau atau karena memang muka Seagal yang terlalu lempeng, Van Damme marah. Dengan emosi, Van Damme menantang Steven Seagal dengan menyatakan, “Bagaimana kalau kita keluar, untuk membuktikan omong besarmu?”

Menyadari Van Damme marah, Seagal buru-buru menjelaskan bahwa ucapannya tadi hanya dimaksudkan sebagai gurauan. Tetapi, Van Damme sudah telanjur emosi, dan nyaris terjadi perkelahian dalam pesta, sampai Stallone turun tangan memisahkan kedua bocah itu agar tidak berantem. Kejadian itu pun membuat geger orang-orang yang ada di sana. Sampai pesta berakhir, Van Damme maupun Seagal masih belum bisa tersenyum.

Apakah kisah itu selesai? Tidak—belum, karena kemudian Van Damme berkoar-koar ke media mengenai tantangannya kepada Steven Seagal. Dalam beberapa wawancara, Van Damme dengan jelas mengungkapkan kekesalannya kepada Seagal, bahkan mengejek Seagal yang kini mulai gendut karena jarang berlatih.

Seagal lebih memilih tutup mulut dan tidak melayani koar-koar Van Damme di media. Dia menolak setiap kali diwawancara mengenai keributannya dengan Van Damme. Dan bagaimana dengan Stallone? Ketika ditanya pers, mengenai siapa yang akan menang jika kedua bocah itu bertarung, Stallone menjawab diplomatis, “Van Damme terlalu kuat untuk dikalahkan Seagal.”

Banyak pihak mempercayai bahwa insiden di rumah Stallone itulah yang kemudian berbuntut panjang, hingga kedua aktor terkenal itu sampai menolak ikut dalam proyek Expendables, jika tokoh yang diperankannya kalah dalam film. Steven Seagal maupun Van Damme memiliki ego sangat besar—mereka sama-sama terkenal, telah bermain dalam banyak film, populer sebagai jago tarung, dan... sejauh ini keduanya bisa dibilang tidak pernah kalah dalam film.

Ego adalah urusan penting di Hollywood—tidak hanya dalam film, tapi juga dalam kehidupan nyata. Sebagian besar bocah terkenal di Hollywood memiliki “kegilaan” yang berhubungan dengan ego. Bahkan Stallone pun mengidap “kegilaan” yang sama.

Dulu, ketika masih muda, Stallone dikenal sebagai aktor yang sangat angkuh, dengan ego luar biasa besar. Ketika bermain film, dia tidak mengizinkan lawan mainnya menatap matanya. Jika lawan mainnya nekat menatap matanya, Stallone marah-marah, dan jadwal syuting akan berantakan. Meski dalam skenario jelas mengharuskan adegan saling tatap, Stallone tidak peduli. Akibatnya, dalam proses syuting, adegan saling tatap di-shoot secara terpisah. Awak film di sana mau mengalah, meski repot, karena waktu itu Stallone “barang jualan” yang pasti laku. 

“Kegilaan” Stallone mulai sembuh ketika usianya makin matang, dan mungkin dia bisa lebih bijak serta rendah hati. Di film-filmnya sekarang, dia tidak lagi mempersoalkan urusan yang dulu diributkannya. Tetapi, apakah Stallone benar-benar telah mampu mengalahkan egonya sendiri? 

Dalam trilogi Expendables, Sylvester Stallone memerankan tokoh Barney Ross, ketua kelompok jagoan yang selalu menang dalam pertempuran. Dalam film-film itu, Stallone bertarung dengan lawan-lawan yang tangguh—dari Eric Roberts, Van Damme, sampai Mel Gibson—dan dia selalu menang.

Apakah kemenangan Stallone dalam film-film itu memang semata tuntutan skenario? Semoga saja begitu. Karena sangat ironis dan lucu jika serial Expendables ternyata hanya cara Stallone memanjakan egonya yang masih membatu.

 
;