Kamis, 10 Desember 2015

Karunia Kacang Rebus

Tiba-tiba ingin kacang rebus.
—Twitter, 7 Juli 2015

Dulu, aku sering menikmati kacang rebus sendirian di pantai. Sebungkus
demi sebungkus. Ketika pantai masih bersih dan layak dikunjungi.
—Twitter, 7 Juli 2015

Aku selalu senang setiap kali melihat penjual kacang rebus. Tapi sekarang
penjual kacang rebus semakin langka. Pelan-pelan menuju tiada.
—Twitter, 7 Juli 2015

Dibanding kacang kemasan yang banyak tersedia di mal, kacang rebus
dengan kantong kertas jauh lebih enak di lidahku. Memberi efek kedamaian.
—Twitter, 7 Juli 2015

Bagiku, membuka contong kertas kacang rebus seperti membuka selubung
rahasia yang kita tahu di dalamnya ada keindahan... dan kenikmatan.
—Twitter, 7 Juli 2015

Siapakah pencipta contong kertas kacang rebus? Dan siapakah penemu
kacang rebus? Siapa pun, seharusnya mereka mendapat Nobel Perdamaian.
—Twitter, 7 Juli 2015

Jika para penguasa dan pemimpin dunia mau duduk bersama
sambil menikmati kacang rebus, pasti Perang Dunia tidak pernah ada.
—Twitter, 7 Juli 2015

Banyaknya masalah dunia dan konflik umat manusia mungkin disebabkan
karena banyaknya orang yang tidak pernah menikmati kacang rebus.
—Twitter, 7 Juli 2015

Pol Pot, Stalin, Idi Amin, Adolf Hitler, dan para diktator lain, pasti
belum pernah makan kacang rebus. Menyedihkan sekali hidup mereka.
—Twitter, 7 Juli 2015

Seharusnya setiap manusia pernah makan kacang rebus, setidaknya
satu contong, sekali seumur hidup. Agar bisa mati dengan tenang.
—Twitter, 7 Juli 2015

Dalam bayanganku, manusia belum sempurna menjadi manusia jika belum
pernah makan kacang rebus. Meski aku tahu bayanganku mungkin keliru.
—Twitter, 7 Juli 2015

Kelak, jika aku punya mbakyu, aku ingin menikmati kacang rebus
bersamanya. Itu salah satu impian terindahku sebagai bocah.
—Twitter, 7 Juli 2015

Kacang rebus adalah makanan persembahan alam. Lalu manusia menemukan
cara mengolahnya. Kacang rebus adalah bukti manusia punya jiwa.
—Twitter, 7 Juli 2015

Jika aku ditanya apa yang membuatku bersyukur karena hidup di Bumi,
aku akan menjawab, “Salah satunya karena bisa makan kacang rebus.”
—Twitter, 7 Juli 2015

Hanya mereka yang pernah menikmati kacang rebus yang bisa menghayati
cara menjadi manusia. Kacang rebus adalah sentuhan magis alam semesta.
—Twitter, 7 Juli 2015

Aku percaya, kacang rebus adalah salah satu camilan surga.
Entah bagaimana, bibitnya jatuh ke dunia, dan ditemukan manusia.
—Twitter, 7 Juli 2015

Kelak, jika kau sampai di surga, pastikan di sana ada kacang rebus.
Kalau tidak ada, mungkin kau salah masuk.
—Twitter, 7 Juli 2015

Kacang rebus adalah keindahan terpendam, kenikmatan tak terlihat.
Terkubur dalam tanah, kotor, tapi manusia rela bersusah payah menggalinya.
—Twitter, 7 Juli 2015

Setiap butir kacang rebus memberi pelajaran bahwa yang penting bukan
di mana tempatmu dilahirkan, tetapi keindahan dan makna yang kausimpan.
—Twitter, 7 Juli 2015

Kacang rebus adalah makanan favorit pada bidadari, harta simpanan para peri,
suguhan yang seharusnya dibuat para mbakyu di Bumi.
—Twitter, 7 Juli 2015

Kalau kau apel ke rumah pacar, dan pacarmu menyuguhkan kacang rebus,
kau layak bersyukur karena menjadi salah satu lelaki yang beruntung.
—Twitter, 7 Juli 2015

Bersyukurlah siapa pun yang pernah menikmati kacang rebus. Beruntunglah
lelaki yang pacarnya bisa membuat dan menyuguhkan kacang rebus.
—Twitter, 7 Juli 2015

Aku percaya peradaban dibangun dari kacang rebus, dan umat manusia
dipersatukan butir-butir kacang rebus. Kalau saja mereka mau berpikir.
—Twitter, 7 Juli 2015

Di dunia ini, ada dua jenis manusia. Pertama adalah mereka yang menikmati
kacang rebus, dan kedua adalah mereka yang tidak tahu arti hidup.
—Twitter, 7 Juli 2015

Selama masih ada kacang rebus di dunia,
aku percaya masih ada kedamaian bagi umat manusia.
—Twitter, 7 Juli 2015


*) Ditranskrip dari timeline @noffret.

 
;