Selasa, 22 Maret 2016

Misteri Uang di Rekening Kita

Orang yang mengatakan uang tak bisa membeli
kebahagiaan... mungkin uangnya kurang banyak.
@noffret


Jika diperhatikan benar-benar, ada yang aneh dan janggal pada buku tabungan atau rekening bank yang kita miliki. Saya tidak tahu apakah keanehan dan kejanggalan ini dialami semua orang, atau hanya sebagian orang. Yang jelas, saya mengalami. Beberapa orang yang saya kenal juga mengalami. Dan, sampai saat ini, saya masih belum paham bagaimana keanehan ini bisa terjadi.

Kisah ini dimulai ketika saya sakit, hingga tinggal di rumah orangtua sampai beberapa hari, sebagaimana yang dulu saya ceritakan di sini. Suatu siang, adik saya berencana ke bank. Kita sebut saja Bank X. Saya memiliki beberapa rekening, termasuk di Bank X. Kebetulan, waktu itu, buku tabungan Bank X ada di tas yang saya bawa. Jadi, saya nitip adik saya untuk meng-update buku tabungan tersebut.

Di bank, adik saya mengurus keperluannya, sekalian meng-update buku tabungan saya. Karena iseng, dia membuka-buka buku tabungan saya, dan mendapati ada transaksi yang sangat besar pada buku tabungan tersebut. Nilainya hampir setengah miliar. Nilai transaksi itu baru tercetak di buku tabungan, saat dia meng-update. Jadi, adik saya pun menyimpulkan, baru-baru ini saya telah membeli sesuatu yang nilainya mencapai setengah miliar.

Saat dia pulang ke rumah, saya sedang tidur. Adik saya mengobrol dengan nyokap, dan dia menceritakan soal “uang setengah miliar” yang baru-baru ini keluar dari rekening saya. Mereka berdua penasaran, berpikir-pikir apa yang kira-kira saya beli, sampai harus mengeluarkan uang setengah miliar.

Menjelang sore, ketika saya sudah bangun, nyokap bertanya, “Da’, kamu beli apa, kok harganya sampai setengah miliar?”

Saya kaget. “Aku beli... apa?”

Lalu nyokap menceritakan soal buku tabungan yang tadi di-update. Buru-buru saya mengambil buku tabungan tersebut, dan memelototi isinya. Kenyataannya memang ada transaksi besar di buku tabungan saya. Nilainya Rp. 497.698.763,- (hampir setengah miliar rupiah). Uang sebesar itu telah keluar dari rekening saya baru-baru ini.

Mata saya berkunang-kunang. Badan langsung lemas. Rasanya mau nangis. Masalahnya sederhana. SAYA TIDAK PUNYA UANG SEBANYAK ITU!

Selama ini, saya menggunakan tiga rekening bank, kita sebut saja Bank X, Bank Y, dan Bank Z. Dari tiga rekening itu, rekening Bank X (yang tadi di-update) bukan rekening aktif. Sudah sangat lama, rekening di Bank X tidak saya utak-utik, dan saya yakin betul isinya tidak seberapa. Rekening di Bank X bisa dibilang cuma sebagai cadangan, dan bukan rekening utama.

Karena itu, saya sangat heran ketika mendapati ada transaksi hampir setengah miliar di rekening Bank X. Padahal, boro-boro setengah miliar, jumlah uang di rekening tersebut bahkan tidak sampai setengah juta! Yang aneh, uang sejumlah setengah miliar itu masuk dan keluar pada hari dan tanggal yang sama. Uang itu sempat masuk sesaat ke rekening saya, lalu keluar lagi. Jadi, uang setengah miliar itu memang bukan milik saya.

Tetapi, kalau memang bukan milik saya, kenapa uang itu sempat masuk ke rekening saya? Siapa yang memasukkan/mentransfer, dan siapa yang mengambil? Sampai cukup lama saya memikirkan hal itu, tapi tetap saja bingung.

Akhirnya, beberapa hari kemudian, saat telah sehat kembali, saya memberanikan diri datang ke kantor Bank X untuk menanyakan keanehan itu. Di sana, seorang pegawai bank menjelaskan, “Rekening Anda sudah lama tidak di-update. Jadi, ketika di-update tempo hari, seluruh transaksi yang pernah terjadi diakumulasikan, dan nilainya mencapai hampir setengah miliar seperti yang tercatat di buku tabungan. Jadi, nominal setengah miliar itu akumulasi dari uang Anda yang masuk dan keluar selama ini, tapi tidak tercatat, karena tidak ada update pada buku tabungan.”

Saya mencoba menjawab, “Tapi, seingat saya, selama ini saya tidak pernah memiliki uang sejumlah itu di bank ini.”

Pegawai bank menjawab dengan manis, “Mungkin Anda lupa. Coba diingat-ingat lagi.”

Meski saya sudah mengingat-ingat sekeras apa pun, tetap saja saya ingat bahwa uang saya di Bank X tidak pernah mencapai setengah miliar. Saya bahkan masih ingat siapa-siapa saja yang pernah mentransfer ke rekening saya di Bank X, dan saya yakin jumlahnya jauh di bawah setengah miliar. Tetapi, tampaknya, pegawai Bank X menganggap saya pikun—atau dia menilai saya terlalu kaya. Singkat cerita, siang itu saya pulang dengan pikiran masih bingung.

Di rumah, didorong rasa penasaran, saya membuka dua buku tabungan saya yang lain, yang dikeluarkan Bank Y dan Bank Z. Ketika mempelajari dua buku tabungan itu dengan cermat, saya juga mendapati keanehan serupa. Pada dua buku tabungan tersebut juga terdapat nilai transaksi cukup besar—masuk dan keluar—yang tercetak di buku tabungan saat rekening di-update. Padahal, lagi-lagi saya ingat, transaksi-transaksi itu tidak pernah saya lakukan.

Karena rekening di Bank Y dan Bank Z sering saya gunakan, transaksi di dalamnya pun cukup aktif. Suatu waktu ada uang masuk, suatu waktu ada uang keluar. Meski begitu, saya ingat betul berapa yang pernah masuk dan berapa yang pernah keluar. Tetapi, di luar transaksi yang pernah saya lakukan, terdapat pula beberapa transaksi janggal, yang rasanya tidak pernah saya lakukan.

Di buku tabungan Bank Y, misalnya, ada beberapa transaksi “aneh” senilai 70 jutaan, 80 jutaan, sampai 100 jutaan. Begitu pula di buku tabungan Bank Z, juga ada transaksi “aneh” serupa yang nilainya juga cukup besar. Saya sebut “aneh”, karena transaksi-transaksi tersebut di luar transaksi yang memang saya lakukan. Selama ini, saya tidak terlalu merisaukan transaksi-transaksi janggal itu, karena berpikir, “Toh aku tidak kehilangan uang dari rekeningku.”

Tetapi, setelah mendapati transaksi senilai setengah miliar di Bank X, pikiran saya mulai terusik. Ada yang aneh di sini. Bagaimana mungkin ada uang masuk ke rekening saya, lalu keluar lagi, tapi bukan milik saya? Semakin saya pikirkan, semakin saya yakin bahwa sejumlah uang pernah masuk rekening saya, lalu keluar lagi, dan saya tidak pernah tahu itu uang apa.

Saya pernah mencoba menanyakan keanehan itu pada Dian, pegawai Bank Z yang pernah saya ceritakan di sini. Dian biasa menangani urusan perbankan saya, dan dia tahu betul bagaimana saya menggunakan uang di bank tempatnya bekerja. Tetapi, penjelasan Dian juga tidak jauh beda dengan penjelasan pegawai Bank X. “Mungkin Anda lupa,” ujar Dian dengan ramah. “Tentu saja itu uang Anda, karena tercetak di buku tabungan Anda.”

Tetapi, saya tetap tidak puas dengan penjelasan itu. Saya tidak pikun, dan saya tidak menderita Alzheimer. Oh, well, saya bahkan memiliki ingatan yang bisa diandalkan, khususnya untuk hal-hal yang tertulis. Jadi, saya ingat betul berapa yang saya miliki, berapa yang saya terima, dan berapa yang pernah saya gunakan. Dalam rangkaian transaksi yang tercetak di buku tabungan, saya bisa mengenali mana transaksi yang memang saya lakukan, dan mana transaksi yang tidak pernah saya lakukan.

Selama beberapa waktu, saya masih terus berpikir keras mengenai hal itu. Selama waktu-waktu itu pula, saya menanyakan pada teman-teman yang saya kenal, apakah juga mengalami keanehan serupa pada buku tabungan mereka. Sebagian mereka tidak menyadari, tapi sebagian lain telah menyadari adanya keanehan serupa, dan mereka lalu menunjukkan buku tabungan yang dimiliki.

Seorang teman menyatakan, “Di buku tabunganku pernah tercatat adanya uang masuk dan keluar sejumlah 277 juta. Padahal, demi Tuhan, seumur-umur aku tidak pernah punya uang sebanyak itu! Tapi selama ini aku cuekin, karena kupikir, toh aku tidak kehilangan uang dari rekeningku.” 

Beberapa teman yang lain juga menceritakan hal serupa, meski jumlah nominal yang “aneh” di buku tabungan mereka tidak terlalu besar—berkisar antara 30 jutaan sampai 70 jutaan. Sama seperti saya, mereka juga yakin bahwa itu bukan uang mereka. Uang sejumlah itu hanya pernah masuk, lalu keluar lagi, dan sama sekali bukan milik mereka. Lagi-lagi, selama ini mereka tidak pernah meributkan hal itu, karena berpikir toh mereka tidak kehilangan uang yang dimiliki.

....
....

Well, kejadian di atas sudah cukup lama berlalu. Seiring dengan itu, perlahan-lahan saya mulai mencoba melupakan, dan menganggap itu bukan masalah. Sampai suatu hari, belum lama, saya mendapati sebuah berita yang sangat mengganggu pikiran.

Berita itu mengisahkan seorang nasabah di Kalimantan, yang tiba-tiba mendapati uang di rekeningnya bertambah 5,1 miliar rupiah (jumlah pastinya Rp. 5.104.439.450). Nasabah bernama Suparman itu sama sekali tidak tahu dari mana uang tersebut. Yang ia tahu, ada pemberitahuan melalui SMS Banking, bahwa dia mendapat transfer di rekeningnya sejumlah 5,1 miliar. Suparman mengecek ke ATM, dan memang benar ada uang masuk sebanyak itu. Padahal, uang miliknya sebelumnya cuma beberapa ratus ribu. Kemudian, ini yang paling aneh....

Suparman mencoba melakukan penarikan uang lewat ATM sebesar Rp. 10 juta. Berhasil. Ia lalu mentransfer uang ke rekening temannya, sebesar Rp. 100 juta. Lagi-lagi berhasil. Besoknya, dia melakukan transaksi lagi dengan mentransfer sebesar Rp. 100 juta kepada temannya, dan mengambil Rp. 10 juta lagi lewat ATM. Semuanya berhasil, tidak ada masalah. Didorong penasaran, Suparman nekat datang ke kantor bank untuk melakukan pengambilan uang secara langsung. Di bank, dia menarik uang sejumlah Rp. 500 juta, dan pihak bank memberikannya.

Karena yakin uang di rekeningnya memang bisa digunakan, Suparman pun semakin nekat. Ia lalu mentransfer ke tiga rekening, masing-masing setengah miliar. Jadi, keseluruhan transaksi yang dilakukan Suparman mencapai 2,2 miliar, dari total 5,1 miliar yang masuk ke rekeningnya. Saat terakhir ia mengecek rekening lewat ATM, sisa saldo masih tercatat Rp. 2,8 miliar.

Keesokan harinya, Suparman kembali mengecek saldo lewat ATM, dan mendapati kali ini sisa saldo Rp. 2,8 miliar di rekeningnya sudah tidak ada. Bersamaan dengan itu, pihak bank mendatangi rumah Suparman, dan memintanya untuk mengembalikan uang Rp. 500 juta yang kemarin diambilnya di bank. Suparman pun mengembalikan uang tunai tersebut. (Untuk membaca berita selengkapnya, silakan lihat di sini).

Nah, saya telah menelusuri berita itu, dan mempelajari puluhan berita yang berkaitan dengan kasus tersebut. Ada sesuatu yang sangat aneh dalam kejadian tersebut, yang—bagi saya—terasa ditutup-tutupi. Sekarang, perhatikan kronologinya.

Mula-mula, Suparman menerima uang—entah dari mana—sejumlah Rp. 5,1 miliar di rekeningnya. Lalu dia mengambil uang tersebut hingga Rp. 2,2 miliar, termasuk Rp. 500 juta yang ia ambil tunai dari kantor bank. Setelah itu, sisa saldo yang semula masih 2,8 miliar tiba-tiba raib dari rekeningnya, dan pihak bank meminta Suparman mengembalikan uang tunai Rp. 500 juta yang telah ia ambil dari kantor bank.

Tetapi... bank tidak meminta sisa uang lainnya!

Suparman tampaknya cukup memahami apa yang mungkin terjadi pada rekening miliknya. Ketika pihak bank mendatangi rumahnya, dan meminta pengembalian uang, Suparman melaporkan bank ke polisi, karena khawatir uang sejumlah Rp. 5,1 miliar yang masuk ke rekeningnya adalah bagian dari kejahatan pencucian uang.

Polisi sempat menyelidiki kasus itu, tapi kemudian menghentikan penyelidikan, karena kasusnya diambil alih oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Kemudian, OJK menyatakan bahwa kejadian di atas hanyalah kasus “salah transfer” yang tidak melanggar ketentuan. Kasus selesai.

Jadi, kalau saya tidak salah menyimpulkan, Suparman memang mengembalikan uang tunai sejumlah Rp. 500 juta yang semula ia ambil dari kantor bank, tapi ia tidak mengembalikan sisanya. Dengan kata lain, Suparman mendapatkan “keuntungan” sekitar 1,7 miliar dari kasus “salah transfer” itu—meski pihak bank sama sekali tidak mau menjelaskan siapa yang telah salah transfer. Intinya, menurut pihak bank—sebagaimana yang dirilis dalam berita—tidak ada pihak yang dirugikan.

Tapi benarkah tidak ada yang dirugikan? Bagaimana dengan orang yang telah melakukan kesalahan transfer, sebagaimana yang disebut bank? Bukankah dia—kalau memang benar-benar ada—menjadi pihak yang dirugikan, karena uangnya yang sejumlah Rp. 5,1 miliar tidak bisa kembali semua? 

Kasus itulah yang kemudian kembali mengusik pikiran saya, mengenai sejumlah uang yang pernah masuk dan keluar dari rekening yang saya miliki. Saya khawatir kalau-kalau rekening saya—dan rekening milik orang-orang lain—diam-diam dimanfaatkan bank untuk aksi pencucian uang. Saya tidak tahu kekhawatiran saya benar atau tidak, karena sejauh ini belum ada yang mampu menjelaskan keanehan itu secara masuk akal.

Buat teman-teman yang kebetulan membaca catatan ini, cobalah periksa dan pelajari buku tabungan kalian yang telah di-update. Perhatikan sungguh-sungguh setiap nominal transaksi yang ada di kolom debet dan kolom kredit, lalu ingat-ingatlah apakah nominal itu memang pernah kalian miliki atau gunakan. Sebagian orang telah mendapati adanya sejumlah transaksi yang aneh di buku tabungan mereka. Siapa tahu kalian juga mengalami?

Akhirnya, tolong, ada yang bisa menjelaskan masalah ini?

 
;