Selasa, 19 April 2016

Agar Kita Tidak Sama-sama Gila

Jika diingat-ingat, hidupku di masa lalu jauh lebih damai
dan tenang daripada hidupku sekarang.
Aku benar-benar menyesal telah aktif di internet.
@noffret


Demi Tuhan, saya menyesal telah aktif di internet. Padahal aktivitas saya di internet cuma sebatas menulis di blog dan sesekali ngoceh di Twitter. Tetapi, sekali lagi, dua hal itu saja sudah membuat saya sangat menyesal, akibat kehidupan saya jadi sangat terganggu dan tidak nyaman.

Saya nge-blog bukan karena harapan agar terkenal. Saya nge-tweet di Twitter juga bukan berharap popularitas, atau agar dapat cewek lalu pacaran. Sialnya, kenyataan itulah yang mungkin sekarang terjadi. Dan, gara-gara ini, saya benar-benar frustrasi.

Mari kita mulai dari awal, agar inti masalah yang saya hadapi bisa lebih dipahami. Omong-omong, saya terpaksa mengungkapkan hal ini, karena kepala saya nyaris pecah! Oh, well, akan ada banyak tanda seru (!) dan huruf kapital dalam catatan ini, karena saya menulis dalam keadaan marah.

Sejak pertama kali nge-blog, saya belum pernah—dan tidak akan pernah—memasang foto diri, dalam suasana apa pun, dengan alasan apa pun. Kenyataan itu bukan tanpa alasan. Sebagian orang mungkin mengira saya tidak pede, hingga tidak pernah memasang foto. Salah!

Satu-satunya alasan kenapa saya tidak pernah memasang foto adalah... KARENA SAYA TIDAK BERHARAP ORANG TERTARIK KEPADA SAYA!

Di dunia blog (khususnya blog yang berisi catatan pribadi atau kehidupan sehari-hari), foto adalah hal penting. Salah satu faktor yang membuat orang tertarik membaca blog pribadi adalah adanya foto si pemilik blog. Tanpa foto jelas, blog pribadi sangat tidak menarik untuk dibaca apalagi diikuti!

Nah, saya sengaja “melanggar” aturan itu. Saya tidak pernah memasang foto apa pun, meski blog saya adalah blog pribadi berisi kisah sehari-hari. Kenapa? Karena saya memang berharap tidak ada yang tertarik! Kalau pun ternyata ada orang yang tertarik, saya pikir biarlah mereka tertarik pada tulisan saya, dan bukan tertarik kepada saya. Itu latar belakang penting kenapa saya tidak pernah memasang atau menggunggah foto di mana pun!

Ingat, saya tidak berharap terkenal dan tidak butuh popularitas. Jadi, orang lain mengenal saya atau tidak, sama sekali bukan urusan saya! Saya juga tidak berharap pacar atau pasangan. Jadi, orang tertarik kepada saya atau tidak, sama sekali bukan masalah bagi saya! Sekali lagi, SAYA NGE-BLOG BUKAN KARENA INGIN TERKENAL ATAU KARENA BERHARAP DAPAT PACAR!

Saya nge-blog semata-mata karena ingin menulis, menuangkan beban pikiran, menjaga kewarasan, agar saya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Cuma itu. Perkara orang lain mau suka atau tidak, perkara orang lain mau setuju atau tidak, bahkan perkara orang lain mau membaca atau tidak, persetan! Wong umpama tidak ada satu orang pun yang membaca, saya akan tetap menulis.

Jadi, sekarang kita lihat, bahwa saya nge-blog tanpa harapan apa pun, selain menuangkan beban pikiran dan menjaga kewarasan. Sialnya, aktivitas nge-blog yang saya lakukan justru membuat pikiran saya makin terbebani, dan hidup saya jadi makin tidak nyaman.

Masalahnya sepele. Yaitu perempuan! Tetapi yang sepele itu sudah sampai pada taraf yang sangat... sangat menjengkelkan.

Seperti yang saya ceritakan di sini, ada banyak perempuan yang mengirim “surat cinta” ke saya via e-mail. Tujuan saya menulis kisah itu sebenarnya untuk memberitahu siapa pun, “Hei, tolong tidak usah repot-repot kirim begituan ke saya. Percuma, karena akan saya cueki.”

Sebagian perempuan memang benar-benar perempuan, dalam arti memiliki hati yang peka, perasaan yang lembut, dan pengertian yang layak dipuji. Begitu mereka “dicueki” satu kali, mereka pun berhenti. Itulah perempuan, sebenar-benar perempuan. Kepada sosok semacam itu, saya menaruh hormat, dan saya tetap menghargai mereka sebagaimana mestinya. Karena mereka memang perempuan yang layak dihormati, dengan sikap yang terpuji.

Tetapi, rupanya di dunia ini ada perempuan-perempuan yang mengerikan. Meski sudah dicueki berkali-kali, mereka tetaaaaaaaap saja ndableg. Oh, bukan hanya ndableg, mereka bahkan sangat pede (atau bahkan terlalu pede), dan mengira saya akan tertarik kepada mereka! Yang konyol, perempuan-perempuan “over-pede” itu tidak pernah berani menujukkan identitas. Beberapa dari mereka punya blog, tetapi tidak ada foto mereka di blog!

Lucu, eh? Tidak, itu mengerikan!

Nah, perempuan-perempuan dengan identitas tidak jelas itu terus-terusan mengirim e-mail, yang isinya mengusik ketenteraman saya. Dari rayuan-rayuan tolol sampai hal-hal tidak penting, yang intinya berharap saya tertarik pada mereka. Mungkin masih bisa ditoleransi jika hal-hal tolol itu hanya dilakukan satu dua kali. Tapi jika sudah berkali-kali, siapa yang tahan...???

Jujur saja, saya lebih mudah menghadapi sesama lelaki, daripada menghadapi perempuan. Kalau menghadapi lelaki yang mengganggu, mungkin saya bisa langsung berkata blak-blakan atau bahkan kasar, dan urusan pun selesai. Tapi perempuan...? Kalau dikasari, nanti saya dituduh berbuat kasar pada perempuan. Kalau ditanggapi baik-baik, mereka mengira saya tertarik. Sedangkan kalau dicueki, mereka tidak juga mengerti. Demi Tuhan, apa yang harus saya lakukan...???

Ada perempuan yang pernah berkirim e-mail kepada saya. Karena isi e-mail-nya baik, saya pun membalas dengan baik. Setelah itu, dia berkali-kali mengirim e-mail lagi. Karena e-mail yang masuk sangat banyak, saya pun tidak sempat membalasnya lagi. Sampai akhirnya, di e-mail kesekian kali, perempuan itu menyatakan cinta. Tidak saya tanggapi. Lalu dia terus dan terus dan terus mengirim e-mail. Isinya macam-macam. Intinya sama—rayuan-rayuan tolol.

Nah, perempuan ini rupanya suka stalking timeline saya di Twitter. Jadi, kalau saya nge-tweet sesuatu, dia berkirim e-mail ke saya, membahas tweet tersebut. Lama-lama saya sadar, dia suka stalking timeline saya. Maka saya pun mencari akun perempuan itu. Ketemu. Dia tidak mem-follow akun saya, tapi diam-diam terus stalking timeline saya. Begitu ketemu, saya langsung memblokir akun Twitter-nya.

Tentu dia menyadari saya memblokir akun Twitter-nya. Mungkin dia pun mulai sadar diri. Setelah itu, dia mengirim e-mail ke saya, dan... coba tebak apa isinya. Dalam e-mail itu, dia menyatakan kira-kira seperti ini, “Aku menyatakan cinta kepadamu, karena aku pikir kamu jatuh cinta kepadaku.”

Demi Tuhan dan demi para malaikat yang suci, bagaimana bisa dia berpikir saya jatuh cinta kepadanya?

Mari saya ceritakan sekilas perempuan ini. Dia punya blog, punya akun Facebook, juga punya akun Twitter. Tetapi, di semua tempat itu, tidak ada satu pun foto dirinya. Meski saya tahu dia punya blog, saya tidak pernah membaca blognya. Jangankan membaca, tertarik pun tidak! Dan perempuan ini, yang tidak jelas ini, tiba-tiba berkirim e-mail kepada saya, dengan kata-kata, “Aku menyatakan cinta kepadamu, karena aku pikir kamu jatuh cinta kepadaku.”

Lucu, eh? Tidak, itu mengerikan!

Dan perempuan semacam itu tidak hanya satu. Banyak! Sialnya, yang banyak itulah yang mengusik ketenteraman hidup saya!

Ada perempuan lain yang tak jauh beda. Semula, dia kirim e-mail. Karena isinya baik, saya pun membalasnya secara baik. Lalu dia berkirim e-mail lagi, dan lagi, dan lagi. Selalu saya cueki, tapi dia terus berkirim e-mail. Suatu hari, dia mengatakan dalam e-mail-nya, bahwa ada banyak catatan saya di blog yang ia pikir ditujukan untuknya. Oh, itu saja belum cukup. Karena dia yakin bahwa saya menulis tentang dirinya, maka dia pun menyatakan cinta kepada saya.

Ya Allah, ya Rabbiii... saya ini dosa apa, sampai harus mengalami hal-hal nista seperti ini?

Mari saya ceritakan perempuan tersebut. Dia juga punya blog, dan punya akun Twitter. Sama seperti perempuan sebelumnya, perempuan yang ini juga tidak memasang foto dirinya di mana pun. Saya tidak tahu siapa dia, selain hanya tahu bahwa dia punya blog dan akun Twitter. Bahkan, meski saya tahu dia punya blog, saya tidak pernah membaca isinya. Meski saya tahu dia punya akun Twitter, saya tidak tertarik mem-follow akun miliknya.

Intinya, Tuhan menjadi saksi, saya tidak tahu siapa perempuan ini, tidak mengenalnya, tidak tahu apa pun tentang dirinya, dan—terus terang—saya sama sekali tidak tertarik kepadanya. Wong foto saja tidak ada, bagaimana saya akan tertarik?

Dan, tiba-tiba, perempuan tidak jelas ini mengira saya telah menulis catatan-catatan yang ditujukan kepadanya. Lalu dia menyatakan cinta.

Ya, Tuhan. Saya ini salah apa?

Dan hal-hal tolol sekaligus konyol semacam itu terus menerus saya hadapi. Satu perempuan pergi, perempuan lain menggantikan, dengan hal yang sama, dengan ketololan yang sama, dengan kekonyolan yang sama. Satu perempuan dicueki, perempuan lain hadir. Satu perempuan mulai sadar, perempuan lain datang.

Padahal, sudah jutaan kali saya mengatakan terus terang, bahwa saya tidak butuh pacar, dan tidak ingin pacaran! Tidakkah itu kurang jelas? Bahkan, secara blak-blakan, saya telah menunjukkan ketidaktertarikan pada perkawinan. Tidakkah itu kurang jelas? SAYA TIDAK BERMINAT PACARAN, BAHKAN TIDAK BERMINAT MENIKAH! Apakah masih kurang jelas...???

Saya stres. Dan, terus terang, saya marah.

Kehidupan saya terganggu, ketenteraman saya terusik, kesunyian saya rusak, keheningan saya terbengkalai. Dan semua itu terjadi gara-gara blog ini!

Kadang-kadang, saat sedang frustrasi, saya sangat menyesal telah menulis di blog. Jika saya tahu akibatnya akan seperti ini, saya memilih tidak pernah menulis di internet sama sekali!

Sekarang, untuk menuntaskan kemarahan, saya akan mengatakan beberapa hal, dan sebaiknya kalian perhatikan.

Di awal catatan ini, dengan terus terang saya mengatakan, bahwa satu-satunya alasan kenapa saya tidak pernah memasang foto adalah... KARENA SAYA TIDAK BERHARAP ORANG TERTARIK KEPADA SAYA!

Jadi, saya memang tidak berharap siapa pun tertarik, apalagi sampai menyatakan cinta kepada saya! Sebaliknya, saya juga akan berpikir sama terhadap siapa pun yang tidak memasang foto dan identitas jelas. Jika saya menemui blog pribadi, atau akun Twitter, atau apa pun, yang tidak terdapat foto dan identitas jelas, maka SAYA TIDAK AKAN PERNAH TERTARIK! Begitu pun, kalau saya menerima e-mail, dan si pengirim e-mail tidak memiliki identitas jelas, SAYA JUGA TIDAK AKAN TERTARIK.

Karena saya juga memberlakukan hal itu pada diri sendiri. Saya tidak pernah memasang foto, karena saya memang tidak berharap ada orang tertarik kepada saya. Kalau kau tertarik kepada saya, itu urusanmu! Tetapi, yang jelas, saya tidak akan pernah tertarik kepada siapa pun yang foto dan identitasnya tidak jelas!

Saya merasa perlu menegaskan hal ini, agar tidak ada lagi perempuan tidak jelas yang mengira saya menulis catatan yang ditujukan kepadanya, padahal saya sama sekali tidak kenal apalagi tertarik kepadanya. Wong foto saja tidak ada, identitas tidak ada, lalu mengira saya tertarik. Bukan hanya mengira saya tertarik, mereka bahkan mengira saya telah menulis catatan yang ditujukan kepada mereka, lalu menuduh saya telah jatuh cinta kepada mereka. Itu benar-benar konyol sekaligus gila.

Agar kejadian konyol sekaligus gila seperti itu tidak terjadi lagi, tolong ingat beberapa hal ini, demi kewarasan kita bersama.

Pertama, saya tidak butuh pacar, dan tidak berniat pacaran, apalagi dengan orang tidak jelas di dunia maya. Jadi, tolong, tidak usah repot-repot berkirim e-mail jika isinya terkait hal itu. Jika masih ada e-mail yang masuk dengan isi semacam itu, terpaksa saya akan memblokir alamat e-mail-nya. Jika si pengirim e-mail punya akun Twitter, saya juga akan memblokir akun Twitter-nya. Ini terpaksa saya lakukan, karena sudah sangat bosan campur muak.

Kedua, jika saya menulis sesuatu di blog, dan di dalam tulisan itu tidak terdapat namamu, tolong tidak usah ge-er dan mengira saya menulis tentangmu. Jika saya memang ingin menulis sesuatu yang baik tentangmu, saya akan menyebut namamu dengan jelas, hingga siapa pun akan tahu. Lebih dari itu, jika saya memang tertarik kepadamu, saya akan mengatakannya langsung kepadamu.

Ketiga, ingat sekali lagi, bahwa saya tidak pernah memasang foto dan identitas apa pun, karena saya memang tidak berharap siapa pun tertarik kepada saya. Jadi, kalau kau tidak memasang foto dan identitas jelas, maka saya juga tidak akan pernah tertarik kepadamu. Kalau siapa dirimu tidak jelas, tolong tidak usah memaksa siapa pun tertarik kepadamu! Ini dunia maya, dan kita bukan tetangga!

Terakhir, saya menulis catatan ini dalam keadaan stres dan sangat marah. Jadi tolong maafkan jika ada kata-kata yang mungkin membuatmu tak berkenan.

 
;