Selasa, 05 April 2016

Rumus Pikiran

Kebenaran bukan garis finish tempat kita berhenti,
tapi lorong panjang yang mengundang perjalanan.


Mendasarkan keyakinan pada premis yang keliru akan melahirkan kesimpulan yang keliru. Begitulah kebodohan dan keras kepala dilahirkan.

Bagaimana kita tahu premis yang kita gunakan benar atau keliru?

Kita tidak tahu, tak pernah tahu, dan karena itulah kita belajar. Dalam proses belajar, setiap orang bisa menemukan kebenaran, namun kadang juga tersandung kesalahan. Kesadaran itulah yang menjadikan pembelajar mau merendahkan hatinya pada kebenaran, dan bukan menganggap diri sang kebenaran.

Orang yang tidak belajar menunjukkan sikap sebaliknya. Mereka menganggap segala hal sudah selesai, dan tinggal mengklaim diri sebagai sang pemilik kebenaran. Karena menganggap diri pemilik kebenaran tunggal, orang semacam itu pun cenderung keras kepala dan mudah menyalahkan. Bagi mereka, yang berbeda dengan dirinya pasti salah. Mereka adalah pemilik kebenaran. Benar, kebenaran yang daif dan dangkal.

Aturannya sederhana. Mendasarkan keyakinan pada premis yang keliru akan melahirkan kesimpulan yang keliru. Begitulah kebodohan dan keras kepala dilahirkan. Sayangnya, para pemilik kebodohan memiliki sifat yang khas—keras kepala, dan pemeluk kesombongan. Naif dan dangkal, tapi merasa paling benar.

 
;