Kamis, 20 Oktober 2016

Batman, Superman, dan Kita

Sering takjub membayangkan betapa bocah-bocah
superhero DC atau Marvel bisa memiliki kepribadian
masing-masing yang rumit sekaligus unik.
@noffret


Selain berasal dari planet yang berbeda, apa perbedaan penting antara Batman dan Superman? Latar belakang dan masa kecil mereka!

Mari kita mulai dari awal, dan kita akan melihat bagaimana dua manusia bisa tumbuh dewasa dengan perbedaan sikap, prinsip, dan cara memandang dunia, yang sangat dipengaruhi oleh masa lalu dan latar belakang saat mereka tumbuh.

Batman a.k.a Bruce Wayne adalah anak orang kaya, tapi menjalani masa kecil yang pahit. Saat masih kanak-kanak, dia menyaksikan orangtuanya dibunuh perampok. Dia tumbuh di Gotham City, sebuah kota yang rusak dan korup, tempat si kuat menindas yang lemah. Beruntung, Bruce Wayne memiliki pengasuh yang baik, Alfred. Meski begitu, luka hati yang menganga di dalam dirinya—akibat kematian tragis orangtuanya—kelak akan mempengaruhi jalan hidup serta cara berpikir Bruce Wayne.

Apa yang terjadi ketika Bruce Wayne tumbuh dewasa? Dia menjadi pendendam! Di balik sosoknya yang tampak kalem, Bruce Wayne menyimpan amarah, luka, dan api dendam yang tak pernah padam. Kepada kejahatan, kepada kesewenang-wenangan, kepada penindasan, kepada dunia yang telah melukainya. Latar belakang itu pula yang menjadikan Bruce Wayne menciptakan Batman, alter ego yang ia gunakan untuk menumpas kejahatan, yang sebenarnya ia maksudkan untuk melancarkan pembalasan dendam kepada penjahat.

Jika Bruce Wayne mau, dia bisa menjalani kehidupan yang tenteram, tenang, dan berkelimpahan, dan tak seorang pun akan mengganggu. Ingat, dia miliuner, bocah paling kaya di Gotham City, yang bisa membeli hotel semudah membeli kentang goreng. Dia bisa menghabiskan malam-malamnya bersama banyak wanita yang akan dengan senang hati menemani. Tapi apakah itu yang dia lakukan? Tidak, dia justru berkeliaran sebagai Batman, dan membasmi bajingan-bajingan di kotanya.

Apa yang menggerakkan seorang miliuner seperti Bruce Wayne, hingga mau melakukan hal semacam itu? Dendam! Setiap malam, dia sengaja berkeliaran mencari penjahat dan bajingan dan keparat-keparat, demi melampiaskan dendamnya. Sebagai miliuner di siang hari, Bruce Wayne adalah manusia normal. Tetapi, sebagai Batman di malam hari, Bruce Wayne adalah sosok pendendam.

Kondisi psikologis itu pula yang menjadikan Bruce Wayne senantiasa ragu untuk menjalin hubungan jelas dengan wanita mana pun. Meski Bruce Wayne jatuh cinta kepada Rachel Dawes, tapi kita tahu... Bruce Wayne selalu ragu.

Kenyataan itu sangat mudah dipahami. Jika Bruce Wayne memantapkan diri untuk menjadikan Rachel Dawes sebagai pasangannya, sejak dulu mereka pasti sudah menikah, toh kenyataannya Rachel juga jatuh cinta kepada Bruce Wayne. Faktanya tidak, Bruce Wayne tidak pernah memberi kepastian, dan Rachel Dawes yang bijaksana memahami hal itu, hingga ia memutuskan untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain (Harvey Dent).

Cara berpikir Bruce Wayne sangat mudah dipahami. Jika dia menikah, maka dia akan disibukkan urusan keluarga, belum lagi jika punya anak-anak. Jika itu terjadi, Bruce Wayne tidak akan leluasa lagi menjadi Batman, dan itu artinya pembalasan dendamnya harus berhenti. Tidak, bukan itu yang diinginkan Bruce Wayne. Sebagai bocah terluka, yang diinginkan Bruce Wayne hanya satu: Membuat orang-orang yang melukainya—bajingan-bajingan dan penjahat dan keparat dan bangsat—merasakan luka yang dirasakannya. Sebelum misi itu selesai, dendamnya tidak akan berakhir.

(Dalam hal ini, Christopher Nolan mampu menghadirkan visi tersembunyi Batman dengan sangat bagus, lewat trilogi Batman Begins, hingga ia “mengakhiri” hidup Bruce Wayne melalui The Dark Knight Rises.)

Sekarang kita beralih ke Superman, dan melihat bagaimana latar belakang masa kecilnya juga ikut membentuk kepribadian, cara berpikir, serta jalan hidupnya.

Superman, kita tahu, berasal dari planet Kryptonite yang hancur. Dia dikirim orangtuanya ke Bumi, dan ditemukan serta diasuh oleh pasangan Kent. Oleh pasangan Kent, Kal El (nama asli Superman) diberi nama Clark Kent.

Meski orangtua angkat, pasangan Kent mengasuh dan membesarkan Clark Kent dengan baik, penuh cinta kasih, seperti orangtua kandung. Mereka hidup dalam kesederhanaan, namun dunia Clark Kent adalah dunia yang indah dan damai. Latar belakang itu ikut membentuk kepribadian Clark Kent, bahkan saat ia masih remaja. Dia jauh dari perasaan dendam, dia bahkan tumbuh besar dengan sifat suka menolong.

Dalam film Superman: Man of Steel, digambarkan bahwa Clark Kent telah menyadari dirinya memiliki kekuatan hebat sejak masih remaja. Di sekolah, saat ada teman yang mem-bully, dia memilih mengalah dan menahan diri, bukannya memanfaatkan kekuatannya untuk membalas mereka yang menyakiti. Itu bukti penting keberhasilan pasangan Kent dalam mendidik dan membesarkan Clark Kent. Bocah itu benar-benar tumbuh dengan pikiran yang baik, dan sikap yang baik.

Ketika akhirnya Clark Kent dewasa, dan menyadari siapa dirinya, Clark Kent pun menjadi Superman. Dan apa yang dilakukan Superman? Mencari musuh seperti yang dilakukan Batman? Tidak. Jika Batman menggunakan kemampuan dan kekuatannya untuk membasmi kejahatan, Superman memilih menggunakan kemampuan dan kekuatannya untuk menolong orang lain. Bukan Superman yang mencari musuh, tapi musuhlah yang memaksa Superman berhadapan dengan mereka.

Jika Batman menjalani hidup sebagai manusia biasa dalam sosok Bruce Wayne, sang miliuner terkenal, Superman menjalani hidup sebagai manusia dalam sosok Clark Kent, seorang reporter yang tak dikenal. Dua kehidupan yang jauh berbeda.

Meski begitu, kehidupan Clark Kent tampak lebih damai—dia menjalin hubungan dengan Lois Lane, wanita yang dicintai dan mencintainya, dan menjalani kehidupan dengan relatif tenang. Asal tidak ada gangguan dari psikopat atau alien mana pun, Clark Kent dapat hidup tenteram tanpa harus repot-repot berganti kostum menjadi Superman.

Sebagai manusia, Clark Kent bisa dibilang tidak memiliki misi pribadi apa pun. Dia orang yang mudah bahagia dengan kehidupan tenteram, tidak suka macam-macam, meski kehidupannya bisa dibilang sederhana. Dalam berbagai kesempatan, dia terpaksa menggunakan kekuatan supernya semata-mata karena kebutuhan menolong orang lain. Bahkan, sebutan “Superman” pun diberikan orang-orang kepadanya, bukan sebutan yang sengaja diciptakan Clark Kent. 

Hal itu bertolak belakang dengan Bruce Wayne. Sebenarnya, Bruce Wayne manusia biasa, dalam arti tidak memiliki kekuatan super sebagaimana Clark Kent. Tetapi, sebagai manusia, Bruce Wayne memiliki misi pribadi. Misi itu pula yang lalu memacu Bruce Wayne menempa dan membentuk dirinya hingga memiliki kekuatan super, demi bisa mewujudkan misinya. Bahkan, sebutan “Batman” pun diciptakan olehnya, dengan alasan, “Agar musuh-musuhku ketakutan pada sesuatu yang pernah kutakuti.”

Menatap kehidupan Batman dan Superman adalah menatap kehidupan dua orang hebat dengan latar belakang berbeda. Yang satu kaya, yang satu miskin. Yang satu tumbuh dalam luka dan kehilangan, yang satu tumbuh dalam cinta dan kasih sayang. Yang satu hidup menjadi sosok pendendam, yang satu hidup menjadi sosok penolong. Saat dewasa, mereka sama menjadi sosok hebat. Tapi latar belakang kehidupan keduanya membuat pola pikir dan cara hidup mereka jauh berbeda.

Dan, omong-omong, begitulah manusia.

Manusia bukan garis lurus seperti angka satu atau tiang listrik yang kaku. Manusia adalah makhluk kompleks dengan segala hal yang membentuk dan mempengaruhi, hingga setiap orang mewujud sebagai manusia dengan segala perbedaan dan kepribadian. Banyak yang mengatakan, Batman alias Bruce Wayne adalah sosok introver, karena hanya muncul di malam hari. Kenyataan itu berbeda dengan Superman alias Clark Kent yang biasa muncul di siang hari.

Bahkan, jika kita jeli memperhatikan, kita akan menemukan bahwa nyaris semua foto Batman (yang memakai kostum) tampak sedang menundukkan kepala. Padahal dia memakai topeng. Jika dia menengadahkan kepala sekali pun, orang tidak akan mengenali wajahnya. Sebaliknya, foto-foto Superman tampak jelas menampakkan muka, padahal dia tidak memakai topeng atau penutup apa pun, sehingga orang bisa mudah mengenalinya.

Penampakan dalam foto-foto itu tidak dibuat tanpa maksud—itu upaya untuk menegaskan kepribadian mereka—bahwa Batman dan Superman adalah dua sosok yang jauh berbeda, meski sama-sama superhero. Batman—sebagaimana julukan yang diberikan untuknya, “The Dark Knight”—adalah sosok yang ingin melakukan sesuatu tanpa dikenali siapa pun. Sementara Superman melakukan semua yang dilakukannya terang-terangan. Dan, sekali lagi, semua itu dipengaruhi oleh latar belakang mereka.

Apakah Bruce Wayne pernah meminta agar kehidupannya seperti yang ia jalani? Apakah Bruce Wayne pernah berharap kehilangan orangtuanya saat ia masih kecil, sehingga kehilangan cinta dan kasih sayang? Apakah Bruce Wayne pernah merencanakan dirinya untuk menjadi sosok pendendam? Kita tahu jawabannya, tidak!

Pasti akan jauh lebih baik jika Bruce Wayne menjalani kehidupan masa kecil yang indah dan damai, kedua orangtuanya tidak terbunuh oleh perampok, hingga Bruce Wayne dapat tumbuh dewasa bersama kasih sayang mereka. Bisa jadi, saat dewasa, Bruce Wayne benar-benar menjadikan Rachel Dawes sebagai pasangannya, dan mereka menikah, lalu hidup bahagia selama-lamanya.

Jika itu terjadi, pasti kehidupan Bruce Wayne akan jauh lebih indah dan damai. Dia mewarisi perusahaan raksasa milik orangtuanya, hidup sebagai bangsawan di Gotham City, memiliki istri yang cantik dan bijaksana, lalu mereka memiliki anak-anak, dan Batman tak pernah ada...

Begitu pula Kal El atau Clark Kent alias Superman. Apakah dia meminta dikirim ke Bumi, agar bertemu pasangan Kent? Juga tidak! Orangtua kandungnya terpaksa mengirim Kal El ke Bumi, karena planet mereka terbakar. Pasti akan jauh lebih mudah bagi Kal El jika tumbuh besar di planetnya sendiri, bersama orangtua kandungnya sendiri, dan menjalani kehidupan sebagai makhluk planet Kryptonite. Dan, jika itu terjadi, Superman tak akan pernah ada.

Batman, Superman, dan kita, adalah makhluk-makhluk yang dibentuk oleh latar belakang hidup masing-masing, yang tumbuh bersama pengalaman—beserta kebahagiaan dan kepahitan—yang pernah dijalani. Segala yang ada di belakang hidup kita ikut membentuk dan mempengaruhi kepribadian kita, cara berpikir kita, hingga cara kita menatap hidup dan menjatuhkan pilihan-pilihan.

Yang menjalani hidup sebagai miliuner kaya-raya bisa jadi sosok introver, dan menyimpan luka menganga dalam hatinya. Yang menjalani hidup sebagai reporter sederhana bisa jadi sosok ekstrover, dan menjalani kehidupan dengan lebih ceria. Kita tidak tahu, tak pernah tahu. Karena yang tampak di luar kadang tak sama dengan yang tersimpan di dalam. Yang kita lihat belum tentu sama dengan hal-hal yang tidak kita lihat.

Seperti kebanyakan orang, kita hanya melihat Batman dan Superman, atau melihat Bruce Wayne dan Clark Kent, tanpa sempat memikirkan dan merenungkan siapakah mereka sebenarnya, apa yang memotivasi mereka, bagaimana isi hati dan pikiran mereka. Kita hanya menatap mereka sebagai superhero, dan melupakan bahwa mereka juga menjalani kehidupan sebagai manusia seperti kita, dengan latar belakang, masa kecil, beserta kebahagiaan dan kesepian yang mungkin mereka alami.

Sering kali, kita melihat manusia hanya sebatas manusia. Dan melupakan bahwa manusia tidak sekadar manusia. Selalu ada jalan panjang di belakang mereka yang tidak pernah kita lihat, tetapi tersimpan di lubuk terdalam diri mereka.

 
;