Rabu, 01 Februari 2017

Perkawinan dan Hukum Alam

Aku sulit percaya pada hal-hal yang melanggar hukum alam, meski banyak orang mati-matian berusaha meyakinkan.

Sesekali, hukum alam memang bisa berubah, tapi insidental. Jika ada banyak orang bisa melanggar hukum alam terus menerus, itu pasti bohong.

Dalam satu sekolah, ada murid yang pintar, ada pula yang tidak. Itu hukum alam. Jika semua murid pasti pintar, itu melanggar hukum alam.

Di kampus, ada mahasiswa yang senang kuliah, ada pula yang tidak. Itu hukum alam. Jika semua senang kuliah, itu justru melanggar hukum alam.

Jika kita melemparkan 10 biji mangga ke tanah, paling cuma 3 atau 5 yang tumbuh. Itu hukum alam. Sulit kalau mengharapkan bisa tumbuh semua.

Satu-satunya hukum di dunia yang tak bisa dilanggar hanya hukum alam. Karena melanggar hukum alam sama artinya berbohong. Percuma.

Kenapa aku tak pernah percaya kalau semua orang yang menikah pasti bahagia, tenteram, damai, lancar rezeki? Karena itu melanggar hukum alam!

Jangan buang waktu membohongiku untuk percaya pada sesuatu yang melanggar hukum alam. Karena sengotot apa pun, aku tidak akan percaya.

Ada orang yang menikah dan bahagia, tapi ada pula yang tidak. Itu hukum alam. Kalau pasti bahagia semua, itu justru melanggar hukum alam.

Ada yang berkeluarga dan rezeki jadi lancar. Tapi tentu tidak semua. Kalau berkeluarga lalu rezeki lancar semua, itu melanggar hukum alam.

Dalam hidup, segalanya berpasangan. Begitu pula perkawinan. Ada yang bahagia, ada pula yang tidak. Itulah hukum alam. Tidak usah bohong.

Konyol adalah mengakui keberadaan hukum alam, tapi ngotot mengatakan semua orang menikah pasti bahagia. Itu justru melanggar hukum alam.

Menyatukan satu pria dan satu wanita dalam satu rumah akan menghasilkan banyak kemungkinan. Naif kalau mengatakan hasilnya pasti sama semua.


*) Ditranskrip dari timeline ‏@noffret, 6 November 2017.

 
;