Jumat, 28 Juli 2017

Dibayar Mahal untuk Bersenang-senang

Aku tidak pernah peduli berapa IQ yang mungkin kupunya.
Aku hanya peduli seberapa keras aku belajar dan bekerja.
@noffret


Pertanyaan: Bagaimana cara agar bisa mendapatkan uang puluhan juta per bulan hanya dengan menulis, sementara kita bukan orang terkenal?

Jawaban: Mudah, asal kau mencintai menulis, dan memiliki kemampuan menulis dengan standar internasional.

Di era internet dan ponsel pintar seperti sekarang, dunia kepenulisan benar-benar menjanjikan, dan—kenyataannya—ada sebagian penulis (tentu yang profesional) yang menghasilkan puluhan juta per bulan dengan cara sangat mudah—hanya dengan menulis! Hanya menulis, tanpa ribut-ribut, tanpa harus terkenal atau dikenal, tanpa harus mengikuti acara atau seremonial apa pun, dan uang terus mengalir ke rekening mereka.

Sebelum saya ngoceh panjang lebar, mari kita lihat dulu kenyataan ini: Pemula menginginkan popularitas, profesional menginginkan uang. Kau bisa mengiming-imingi pemula dengan popularitas, tapi itu tidak menarik bagi para profesional. Pemula senang melihat foto mereka terpampang, misalnya di majalah atau di situs terkenal. Tapi profesional bekerja untuk menghasilkan uang. Ini perkara remeh, sederhana, yang seharusnya dapat dipahami anak SMP sekali pun!

Sekarang kita masuk topik inti, yang mungkin sudah membuat kalian tidak sabar. Yaitu cara menghasilkan uang dalam jumlah besar hanya dengan menulis.

Pertama, lihatlah sekelilingmu, dan pelototi internet. Saat ini, orang di mana pun terhubung internet, baik lewat komputer, laptop, tablet, sampai ponsel pintar. Dan apa yang ada di internet? Selain media sosial, isi internet adalah tulisan, artikel, esai, atau apa pun sebutannya, yang semuanya dibangun kata-kata. Sebagian tulisan atau artikel ada di blog-blog pribadi, sementara sebagian lain—yang jauh lebih besar—ada di situs-situs profesional.

Ada miliaran situs di internet saat ini, dan mereka hidup dari tulisan yang mereka produksi. Semakin bagus dan semakin banyak tulisan yang diproduksi, semakin cepat situs berkembang dan tumbuh besar. Dan situs mana pun yang dikelola secara profesional tentu ingin tumbuh besar, dengan berbagai tujuan dan kepentingan.

Fenomena semacam itu terjadi di mana-mana, termasuk di Indonesia. Situs-situs yang ingin terus berkembang, mau tak mau, harus mendapat pasokan tulisan terus menerus—kalau bisa dalam jumlah besar—untuk memastikan situs terus tumbuh membesar. Tulisan, artikel, atau apa pun sebutannya, adalah darah segar untuk situs mana pun di internet. Jika aliran darah tidak lancar, kehidupan akan megap-megap. Karenanya, setiap situs akan memastikan pasokan darah (tulisan) terus tersedia dengan baik, untuk menjamin kelangsungan hidup mereka.

Dalam hal itu, tidak setiap situs mampu memproduksi tulisan sebanyak (atau sebagus) yang mereka inginkan. Jika hasrat untuk tumbuh begitu kuat, sementara kemampuan menghasilkan tulisan tergolong kurang, kira-kira apa yang harus mereka lakukan? Benar, mereka akan membayar siapa pun yang mau mengirim tulisan untuk mereka. Dalam hal itu, ada situs yang membayar mahal, ada pula yang membayar “sekadarnya”.

Sejauh yang saya tahu, situs-situs yang membayar mahal (bahkan sangat mahal) untuk sebuah tulisan, adalah situs-situs luar negeri. Karenanya, sebagaimana yang saya nyatakan di atas, syarat untuk bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar dari menulis adalah memiliki kemampuan menulis dengan standar internasional.

Sebagai ilustrasi, situs Polygon (Polygon.com) membayar 125 dolar (sekitar Rp1.625.000) untuk satu artikel berisi 500 kata. Artikel-artikel di situs tersebut berkisar kehidupan artis, film, video, games, dan sosial budaya. Sangat mudah. Kalau kita mampu menghasilkan 1 artikel saja per hari, dalam sebulan kita mampu menghasilkan uang sekitar Rp48.750.000. Well, lumayan.

Selain Polygon, ada situs Defending Dissent (DefendingDissent.org), yang membayar 100-250 dolar (sekitar Rp1.300.000-Rp3.250.000) untuk satu artikel. Tulisan-tulisan yang dimuat situs ini berkisar seputar berita, analisis, dan hal-hal lain, terkait perbedaan pendapat dan gerakan sosial.

Ada pula A Fine Parent (AFineParent.com), situs yang membahas pengasuhan dan orang tua. Situs ini membayar 100 dolar (sekitar Rp1.300.000) per artikel, ditambah 200 dolar (sekitar Rp2.600.000) jika artikelmu menduduki posisi teratas atau terpopuler pada akhir tahun.

Lalu ada The Introspectionist (TheIntrospectionist.com), yang lagi-lagi membayar 100-200 dolar (sekitar Rp1.300.000-Rp2.600.000) untuk satu artikel. Situs ini membahas seputar perempuan, dan cara menjadi perempuan cerdas.

Sama seperti The Introspectionist, situs Nevada Magazine juga membayar 100-200 dolar (sekitar Rp1.300.000-Rp2.600.000) untuk satu artikel. Situs beralamat NevadaMagazine.com ini menerbitkan tulisan seputar negara, restoran, dan cerita perjalanan.

Bagi yang mencintai pengetahuan umum, ada Listverse (Listverse.com), situs pengetahuan umum yang juga membayar 100 dolar (sekitar Rp1.300.000) per artikel. Sementara bagi penggemar burung atau hewan lain, ada Bird Channel (BirdChannel.com), yang membayar 100-200 dolar (sekitar Rp1.300.000-Rp2.600.000) untuk satu artikel. 

Selain situs-situs yang telah saya sebutkan, masih banyak situs lain yang siap membayar mahal (minimal 100 dolar) untuk satu artikel. Bagi para profesional, itu lahan yang sangat basah untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar, tanpa syarat yang merepotkan, atau tetek bengek yang ribet. Hanya menulis, memuntahkan yang ada dalam pikiran, dan dibayar!

Sekarang bayangkan, umpama kita menjadi kontributor situs-situs internasional, dan mampu menghasilkan setidaknya 2 artikel per hari, dan setiap artikel dihargai 100 dolar saja, maka artinya kita sudah mengantungi Rp2.600.000 per hari. Dalam sebulan, kita sudah mendapatkan Rp78.000.000. Sekali lagi, lumayan.

Jika kita mampu menghasilkan 3 artikel per hari, total “gaji” kita per bulan bisa lebih dari Rp100 juta! Beberapa profesional bahkan bisa menghasilkan 5 artikel lebih setiap hari. Bayangkan sekaya apa mereka, meski mungkin kita tidak mengenal namanya!

Omong-omong soal nama, situs-situs internasional—setidaknya yang saya kenal—tidak peduli siapa namamu atau siapa dirimu. Artinya, kau terkenal atau tidak, persetan! Yang mereka butuhkan adalah tulisan. Asal tulisanmu memenuhi standar, mereka akan membayar. Bahkan, mereka tidak mempersyaratkan macam-macam, semisal harus mengirim foto diri, menyebutkan nama asli, dan semacamnya. Hanya tulisan, itulah yang mereka inginkan!

Jadi, kira-kira seperti inilah mekanisme yang terjadi, atau yang dilakukan situs-situs internasional yang bersedia membayar tulisanmu. Kau mengirim tulisan untuk mereka, dan mereka akan menilai tulisanmu memenuhi standar atau tidak. Kalau memenuhi standar, mereka akan memuat tulisanmu, dan mengirim honor ke rekeningmu. Mudah, sederhana, tidak ribet!

Itulah yang saya sukai dari situs-situs yang selama ini menjadi tempat “mencari uang”. Mereka membayar mahal, tanpa syarat macam-macam! Mereka hanya membutuhkan kualitas, dan itu yang saya berikan. Mereka tidak peduli siapa saya, tidak peduli di mana saya tinggal, tidak peduli latar belakang saya. Bahkan, sebagai penulis, saya boleh menggunakan nama apa pun yang saya inginkan untuk tulisan yang dikirim! Di sisi lain, sebagai penulis, saya tidak peduli dunia mengenal saya atau tidak. Saya hanya ingin dunia mendengar yang saya katakan!

Bagi saya, cara semacam itu benar-benar layak disebut “dibayar untuk bersenang-senang”. Saya senang ngoceh dalam bentuk tulisan, dan mampu menulis tanpa henti, dengan berbagai topik yang saya minati. Dalam hal ini, saya dibayar mahal untuk melakukan sesuatu yang jelas-jelas saya senangi! Dan saya tidak perlu tampil di mana pun, tidak perlu dikenali orang—hanya menulis, dan meneriakkan apa pun yang ingin saya katakan pada dunia! Apa yang lebih menyenangkan dari itu?

Bagi yang mungkin belum pede menulis di situs internasional, mungkin bertanya-tanya, adakah yang semacam itu di Indonesia?

Sayang, kenyataan semacam itu belum populer di Indonesia. Memang ada situs-situs Indonesia yang juga membayar tulisan yang kita kirim untuk mereka, meski jumlahnya tidak sebesar (semahal) situs-situs internasional. Selain itu, rata-rata situs Indonesia memasang syarat macam-macam, jika ingin mengirim tulisan untuk mereka. Dari harus mengirim foto diri, sampai akun media sosial, dan tetek bengek lainnya.

Di Indonesia, saya justru lebih tertarik menangani aplikasi-aplikasi penyedia bacaan, yang juga membutuhkan artikel dalam jumlah raksasa. Memproduksi tulisan untuk mereka jauh lebih menyenangkan bagi saya, karena tidak ada persyaratan yang ribet.

Saat ini, mengakses berita dan membaca artikel tidak hanya dilakukan lewat komputer, tapi juga ponsel. Dari situ, muncullah aplikasi-aplikasi penyedia bacaan, yang memudahkan siapa pun untuk membaca apa pun. Dulu, aplikasi-aplikasi semacam itu hanya menyuguhkan feed yang terhubung dengan penyedia konten asli. Kini, aplikasi-aplikasi terbaru benar-benar menyuguhkan artikel milik mereka sendiri.

Seiring pertumbuhan pengguna ponsel pintar yang terkoneksi internet, makin tumbuh pula berbagai aplikasi pembaca dan penyedia artikel. Setiap aplikasi membutuhkan ribuan artikel, dan itu artinya mereka harus memproduksi sekian banyak artikel setiap hari, untuk menyuplai kebutuhan pembaca. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, penyedia aplikasi harus menghubungi ahlinya. Siapa? Penulis profesional!

Kenyataan itu juga membuka lahan sangat luas bagi para profesional, yang mampu memproduksi tulisan tanpa henti, dengan kualitas yang terus terjaga. Saya juga terjun ke bidang itu. Mereka menciptakan teknologinya, dan saya “memberi nyawa” bagi teknologi mereka. Itu, bagi saya, cara bersenang-senang sekaligus menghasilkan banyak uang.

Terkait aplikasi penyedia konten, saya tidak memproduksi artikel secara satuan. Biasanya, saya dikontrak untuk memproduksi sekian ribu artikel sekaligus untuk satu aplikasi. Dalam hal itu, saya dibantu tim untuk memenuhi tenggat waktu.

Apakah orang luar (masyarakat umum) juga bisa berkontribusi dalam pembuatan artikel untuk aplikasi-aplikasi penyedia konten? Sebenarnya bisa saja, karena ada pengembang/penyedia aplikasi yang menerima artikel dari siapa pun, asal tulisan/artikel yang dihasilkan memang bagus.

Situs Jalan Tikus (jalantikus.com), misalnya, membuat aplikasi penyedia konten bernama BaBe (Baca Berita). Aplikasi itu memiliki beberapa kanal, meliputi kesehatan, gosip artis, seks, gaya hidup, otomotif, dan lain-lain. Masing-masing kanal membutuhkan ribuan artikel, dan terbuka menerima kiriman artikel dari siapa pun.

Pengembang aplikasi tersebut bersedia membayar Rp50.000 untuk satu artikel dengan panjang 150-an kata. Bagi para profesional, itu mudah sekali! Kalau mau, saya bahkan bisa melakukannya sambil merem.

Bagi para profesional, menghasilkan 20 artikel dengan panjang 150-an kata hanya butuh waktu sebentar, dan sudah langsung mengantungi 1 juta rupiah! Dan di Indonesia ada banyak aplikasi penyedia konten yang semuanya membutuhkan ribuan artikel. Karenanya, bagi para profesional, mencari duit 1 juta per hari bisa dibilang sangat mudah. Cukup muntah-muntah dalam bentuk tulisan, dan jumlah rekening bertambah! Tanpa ribet, tanpa harus tampil di mana pun, tanpa syarat dan tetek bengek tidak penting.

....
....

Well, saya memaparkan semua ini, untuk menunjukkan bahwa untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar melalui tulisan tidak harus terkenal lebih dulu. Untuk menjadi penulis kaya-raya, kau tidak harus terkenal!

Memang, jika kita terkenal, kemudian menulis buku—sebagai misal—ada kemungkinan buku kita laris dan menghasilkan royalti besar, karena ditunjang popularitas yang kita miliki. Tapi kita melupakan satu hal di sini. Yaitu upaya membangun popularitas! Jangan lupa, popularitas tidak datang tiba-tiba. Untuk memiliki popularitas, kita harus membangun perlahan-lahan. Dalam hal itu, saya berpikir sebaliknya.

Bagi saya, lebih baik membangun skill (kemampuan atau keahlian), daripada membangun popularitas. Jika skill telah terbentuk dengan baik, jalan menuju kesuksesan lebih mudah dan lebih luas terbentang, karena—bagaimana pun—kita telah memiliki kemampuan. Jika kemampuan telah siap, kesempatan akan datang. Pada akhirnya, kemampuan bisa melahirkan popularitas, tapi popularitas tidak bisa melahirkan kemampuan!

 
;